Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GoTo Listing Pekan Depan, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Kompas.com - 08/04/2022, 16:01 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Gojek Tokopedia GoTo bakal memulai listing di Bursa Efek Indonesia pada pekan depan, tepatnya Senin (11/4/2022). Adapun proses penjatahan saham (allotment) telah berakhir.

GoTo melepas sebanyak 46,7 miliar saham seri a yang seluruhnya merupakan saham baru dan dikeluarkan dari portepel emiten, yang mewakili sebesar 3,43 persen dari modal ditempatkan dan disetor emiten setelah Penawaran Umum Perdana Saham seharga Rp 338 per saham.

GoTo berpeluang mengantongi dana segar hasil IPO sebesar Rp 13,7 triliun. Adapun kapitalisasi pasar GoTo diperkirakan mencapai Rp 400,3 triliun. Sama halnya dengan IPO Bukalapak (BUKA), IPO GoTo juga memperoleh sambutan dari para investor di tanah air.

Baca juga: Siap-siap, United Tractors Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan, selama masa penawaran awal (bookbuilding), IPO GoTo telah menjadi IPO terbesar pertama di Asia Tenggara, ketiga di Asia, dan kelima di dunia.

Uniknya kata dia, GoTo berhasil menghimpun dana tersebut ketika situasi ekonomi dan politik global sedang tidak kondusif dan hanya dari investor institusi yang berbasis di Indonesia.

Bernadus menilai, hal tersebut menunjukkan adanya ketertarikan dan kepercayaan yang tinggi dari investor institusi di Indonesia. Memasuki masa penawaran umum, dikabarkan juga IPO GoTo mengalami oversubscription sebanyak 15,7 kali.

Baca juga: Angkutan Motor Gratis Khusus Pemudik Kereta Api Bakal Kembali Hadir

“Jadi, saya rasa bukan hanya investor institusi yang percaya dan antusias pada prospek masa depan GoTo, tapi juga investor ritel juga. Saya rasa ini karena para investor ritel telah merasakan sendiri manfaat dari layanan yang ditawarkan GoTo dalam kehidupan sehari-harinya,” kata Bernadus kepada Kompas.com, Jumat (8/4/2022).

Jika ditanya tentang menarik atau tidaknya saham GoTo, menurut Bernadus tentu harus kembali lagi ke profil risiko individu masing-masing.

Bagi yang mempunyai pandangan investasi jangka panjang, saham GoTo dinilai menarik untuk dikoleksi karena di Indonesia, perusahaan-perusahaan digital yang dikenal sebagai new economy punya ruang yang sangat besar untuk terus bertumbuh.

Baca juga: Kartu Prakerja Gelombang 26 Sudah Dibuka, Segera Daftar di www.prakerja.go.id

Beberapa riset menunjukkan bahwa potensi pasar Indonesia untuk sektor on-demand, e-commerce, dan financial technology, masih mencapai miliaran dolar Amerika Serikat, dengan potensi pertumbuhan hingga 200-300 persen dari 2020 sampai 2025.

Sementara kata Bernardus, para pelaku industri termasuk GoTo, baru menyerap sebagian kecil dari potensi pasar yang terbuka tersebut. Di sisi lain, GoTo merupakan pemimpin di pasar on-demand, e-commerce, dan financial technology.

“Jadi, saya rasa mereka punya potensi yang besar untuk memperkuat fundamentalnya dan membukukan keuntungan di masa mendatang,” ujar dia.

Senada dengan Bernardus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, dalam IPO saham GoTo, ada ekspektasi dan harapan bahwa harga saham GoTo akan mengalai kenaikan. Hal ini tentu didorong oleh sentimen bisnis GoTo yang saat ini memberi dampak bagi masyarakat.

“Kalau berkaitan dengan prosepk bisnisnya, hampir semua orang menggunakan aplikasi Gojek dan Tokopedia. Ini kan merupakan perusahaan yang memberikan dampak, tidak hanya memberikan ekosistem, tapi juga mampu menciptakan ekosistem dalam kehidupan kita,” kata Maximilianus kepada Kompas.com, Jumat (8/4/2022).

Baca juga: Dugaan Kasus Penimbunan Solar di Bangka Tengah, 12 Pelaku dan 5 Mobil Ditahan Polisi

Sebagai informasi, harga saham GoTo yang akan melantai di BEI pekan depan lebih murah daripada BUKA yang tahun lalu mematok harga Rp 850 per saham. Namun, secara valuasi kapitalisasi pasar GoTo jauh lebih besar mencapai Rp 400,3 triliun, berbeda dengan BUKA yang hanya Rp 87 triliun.

Posisi tersebut juga mendorong GoTo masuk ke jajaran kapitalisasi pasar besar atau big cap dan sejajar dengan beberapa perusahaan tercatat lain, seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Telkom Indonesia (TLKM). Bank Central Asia (BBCA) memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 964,13 triliun, BBRI Rp 705,2 triliun, dan TLKM Rp 447,7 triliun.

Menurut dia, sebagai perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar juga menjadi daya tarik. Namun, kondisi perusahaan yang masih merugi tentunya dikembalikan lagi kepada investor. Bila menurut investor GoTo adalah perusahaan bagus yang mampu menciptakan ekosistem dan memberi dampak, maka membeli adalah pilihan.

“Masalahnya perusahaannya masih rugi, itu semua kembali lagi terhadap ekspektasi dan persepsi pelaku pasar. Kalau investor menilai GoTo bisa menciptakan ekosistem dan memberi dampak positif, dia tidak peduli dengan kondisi rugi, ya beli adalah pilihan,” kata  Maximilianus.

Baca juga: Langkah GoTo Bagikan Saham ke Mitra Driver Dinilai Bisa Diikuti Startup Lain

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com