JAKARTA, KOMPAS.com - Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) pada Maret 2022 melonjak menjadi 113,50 dollar AS per barrel. Nilai itu naik 17,78 dollar AS per barrel dibandingkan Februari 2022 yang sebesar 95,72 dollar AS per barrel.
Penetapan harga rata-rata minyak mentah ini tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 33.K/MG.03/DJM/2022 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Maret 2022 tanggal 1 April 2022.
"Harga rata-rata minyak mentah Indonesia untuk bulan Maret 2022 ditetapkan sebesar 113,50 dollar AS per barrel," demikian bunyi Kepmen tersebut seperti dikutip dari keterangan Kementerian ESDM, Jumat (8/4/20222).
Berdasarkan Executive Summary Tim Harga Minyak Indonesia, beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional, selain terganggunya pasokan seiring terjadinya konflik Rusia-Ukraina, juga dipengaruhi pengenaan sanksi dan kegagalan infrastruktur produksi di negara-negara penghasil minyak mentah.
Potensi pengenaan sanksi negara-negara Barat atas ekspor minyak mentah Rusia berpotensi menambah defisit pasokan minyak mentah global di saat permintaan minyak mentah global mulai mengalami peningkatan.
Sementara konflik yang terjadi di anggota OPEC+, sabotase di negara-negara Afrika Barat, dan perang sipil di Libya menyebabkan berkurangnya produksi dan kegagalan dalam pemenuhan kuota produksi. Selain itu, kegagalan infrastruktur akibat serangan badai juga melumpuhkan fasilitas ekspor di Kazakhtan.
Baca juga: GoTo Listing Pekan Depan, Seberapa Menarik Sahamnya untuk Dikoleksi?
Peningkatan harga minyak dunia juga erat kaitannya dengan pasokan minyak dunia yang dipengaruhi sejumlah faktor, yakni pengenaan sanksi atas ekspor minyak mentah Rusia yang berpotensi mengganggu pasokan minyak mentah global sebesar 1,2-4,5 juta bopd.
Selain itu, OPEC+ hingga saat ini tetap pada kesepakatan awal untuk meningkatkan pasokan hanya sebesar 400.000 bopd.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), sebagai produsen dengan kapasitas cadangan yang besar dan mampu untuk meningkatkan produksi secara instan, sejauh ini tidak menunjukkan kesediaan untuk melakukan peningkatan produksi.
Baca juga: Erick Thohir Minta PLN Garap Bisnis di Luar Kelistrikan, Ini Alasannya
Faktor lainnya yaitu terganggunya fasilitas ekspor Caspian Pipeline Consortium (CPC) di Kazakhstan akibat serangan badai dan berpotensi mengganggu penyaluran minyak mentah sekitar 1 juta bopd.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.