Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Disoroti Jokowi, Apa Penyebab RI Masih Bergantung pada Impor Alkes?

Kompas.com - 09/04/2022, 02:30 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap kali menyoroti tingginya ketergantungan industri alat kesehatan (alkes) terhadap pasokan dari luar negeri atau impor.

Merespons hal tersebut, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kesahatan Charles Honoris mengatakan, masih ada hal yang belum tepat dalam strategi dan pelaksanaan kemandirian alat kesehatan di Indonesia.

Menurutnya, saat ini justru banyak pihak yang kerap menyalahkan kelambanan industri, importir dan mafia alat kesehatan sebagai penyebab lambatnya kemandirian industri alkes.

"Framing dan playing victim ini harus kita tinggalkan, karena akan mengaburkan pandangan dan menjauhkan kita dari akar masalah yang sebenarnya, sehingga kita terus terjebak dalam retorika dan saling menyalahkan," kata dia dalam diskusi Mengapa Alat Kesehatan Indonesia Belum Mandiri Juga, Jumat (8/4/2022).

Baca juga: Ini Ruas-ruas Jalan yang Berpotensi Terjadi Kemacetan Saat Mudik Lebaran

Oleh karenanya, ia menilai semua pihak di industri alat kesehatan Indonesia perlu melihat pengalaman negara lain yang sudah lebih dahulu punya kemandirian alat kesehatan, seperti Tiongkok, Taiwan, dan Korea Selatan.

"Negara-negara tersebut memulai kemandirian dengan memiliki komitmen yang kuat untuk membeli alat kesehatan dalam negeri sebanyak mungkin dan tetap memperhatikan unsur keamanan, kualitas dan ketersediaan," ujar dia.

"Dengan terbukanya jalur pemasaran, maka ekosistem alat kesehatan nasional akan terbentuk," tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia mengungkapkan sejumlah alasan industri alat kesehatan Indonesia belum mandiri.

“Pertama soal industri hulu yang belum memadai. Hal ini membuat terbatasnya ketersediaan bahan baku dalam negeri,” kata Rizka.

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Kerek Harga Minyak Mentah RI Jadi 113,50 Dollar AS

Hal lainnya, lanjut Rizka, adalah ekosistem investasi di bisnis alat kesehatan belum terbentuk, serta laboraturium uji alat kesehatan yang terbatas.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Kesehatan bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Laksono Trisnantoro menilai, saat ini masih belum banyak kampanye bangga beli produk Indonesia untuk alat kesehatan, sehingga membuat masyarakat dan penyedia layanan kesehatan lebih suka membeli produk impor daripada produk lokal.

“Meski tidak semua, banyak dokter yang bilang, alat dalam negeri kurang bermutu. Di sini perlunya kampanye bangga beli produk alkes Indonesia kepada para dokter sebagai pelayan kesehatan. Kalau pasien kan ikut anjuran dokter saja. Jadi, persepsi brand terhadap alkes dalam negeri dari dokter itu sangat penting,” ucap Laksono.

Baca juga: Agar Aset Tommy Soeharto Laku, Pemerintah Buka Opsi Lelang secara Terpisah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com