Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Penyebab Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak

Kompas.com - 09/04/2022, 04:30 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Biaya megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membengkak. Saat ini, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sedang mereviu perhitungan kenaikan atau perubahan biaya proyek tersebut.

Biaya awal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebesar 6,07 miliar dollar AS atau sekitar Rp 84,9 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS). Namun dengan adanya perkiraan pembengkakan, anggaran jadi 8 miliar dollar AS. Artinya terdapat kenaikan sekitar 1,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 26,6 triliun.

GM Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Rahadian Ratry mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk menekan biaya pembangunan supaya lebih efisien.

"Mengenai perubahan biaya, kami sudah mengajukan angka untuk direviu oleh BPKP, dan hal ini masih berproses. Namun kepastiannya masih menunggu hasil audit dan reviu dari BPKP," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/8/2022).

Baca juga: Sederet Fakta Rencana Uji Coba Kereta Cepat Jakarta–Bandung Saat Presidensi G20

Namun kata dia, pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tidak dapat terhindarkan karena terdapat acuan harga yang harus disesuaikan.

Selain itu, penambahan waktu estimasi pelaksanaan proyek juga turut berdampak terhadap biaya proyek.

Lebih rinci, dia menjelaskan alasan di balik pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai berikut:

1. Pengadaan lahan

Biaya pengadaan lahan yang memakan porsi cukup besar terhadap biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu penyebab bengkaknya biaya proyek.

Pasalnya, proses pengadaan lahan yang memakan cukup banyak waktu membuat harga tanah yang akan dibebaskan turut mengalami kenaikan.

"Akibatnya, ada penambahan biaya pengadaan lahan dari nilai awal," kata Rahadian.

Baca juga: Jokowi Mau Pamer Kereta Cepat Jakarta-Bandung ke Kepala Negara G20

2. Kondisi geologi di tunnel 2

Dia mengakui, ada situasi-situasi yang tidak terduga seperti kondisi geologi di tunnel 2. Meskipun dalam perencanaannya KCIC sudah memetakan area tersebut adalah area clayshale dan masih memungkinkan untuk dibuat tunnel.

Namun dalam praktik di lapangan, ternyata kondisi geologisnya adalah clayshale ekstrem. Kondisi ini membuat pembangunan sempat terhambat dan akhirnya berdampak pada penambahan biaya.

"Hal ini memaksa kami untuk melakukan beberapa metode untuk mengatasi persoalan geologis," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com