JAKARTA, KOMPAS.com - Biaya megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membengkak. Saat ini, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sedang mereviu perhitungan kenaikan atau perubahan biaya proyek tersebut.
Biaya awal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebesar 6,07 miliar dollar AS atau sekitar Rp 84,9 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS). Namun dengan adanya perkiraan pembengkakan, anggaran jadi 8 miliar dollar AS. Artinya terdapat kenaikan sekitar 1,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 26,6 triliun.
GM Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Rahadian Ratry mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk menekan biaya pembangunan supaya lebih efisien.
"Mengenai perubahan biaya, kami sudah mengajukan angka untuk direviu oleh BPKP, dan hal ini masih berproses. Namun kepastiannya masih menunggu hasil audit dan reviu dari BPKP," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/8/2022).
Baca juga: Sederet Fakta Rencana Uji Coba Kereta Cepat Jakarta–Bandung Saat Presidensi G20
Namun kata dia, pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tidak dapat terhindarkan karena terdapat acuan harga yang harus disesuaikan.
Selain itu, penambahan waktu estimasi pelaksanaan proyek juga turut berdampak terhadap biaya proyek.
Lebih rinci, dia menjelaskan alasan di balik pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai berikut:
1. Pengadaan lahan
Biaya pengadaan lahan yang memakan porsi cukup besar terhadap biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu penyebab bengkaknya biaya proyek.
Pasalnya, proses pengadaan lahan yang memakan cukup banyak waktu membuat harga tanah yang akan dibebaskan turut mengalami kenaikan.
"Akibatnya, ada penambahan biaya pengadaan lahan dari nilai awal," kata Rahadian.
Baca juga: Jokowi Mau Pamer Kereta Cepat Jakarta-Bandung ke Kepala Negara G20
2. Kondisi geologi di tunnel 2
Dia mengakui, ada situasi-situasi yang tidak terduga seperti kondisi geologi di tunnel 2. Meskipun dalam perencanaannya KCIC sudah memetakan area tersebut adalah area clayshale dan masih memungkinkan untuk dibuat tunnel.
Namun dalam praktik di lapangan, ternyata kondisi geologisnya adalah clayshale ekstrem. Kondisi ini membuat pembangunan sempat terhambat dan akhirnya berdampak pada penambahan biaya.
"Hal ini memaksa kami untuk melakukan beberapa metode untuk mengatasi persoalan geologis," jelasnya.
3. Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun 2020 membuat perencanaan proyek menjadi terhambat. Sebab, upaya penanganan Covid-19 tidak pernah dianggarkan sebelumnya.
Namun, agar proses pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tetap dapat berlangsung, KCIC perlu mengadakan langkah pencegahan Covid-19 sesuai dengan ketentuan pemerintah, mulai dari proses karantina hingga tes Covid-19 rutin. Hal ini tentu menambah anggaran.
"Selain ketika pandemi, produktivitas SDM KCJB sempat berkurang karena adanya pengetatan-pengetatan aktivitas yang dilakukan. Hal ini tentu menjadi salah satu obstacle dan menjadi salah satu faktor penambahan biaya," ucapnya.
Baca juga: Disuntik APBN, Kereta Cepat Jakarta Bandung Diklaim Tetap B to B
4. Penggunaan frekuensi GSM-R
Selain itu, penggunaan frekuensi GSM-R untuk operasional kereta api di Indonesia ternyata membutuhkan biaya investasi. Biaya ini di luar anggaran awal.
Pasalnya, pada anggaran awal KCIC mengacu pada penggunaan frekuensi GSM-R di China di mana penggunaan frekuensi termasuk investasinya tidak perlu bayar. Sementara di Indonesia kebijakannya berbeda.
5. Instalasi listrik dan lain-lain
Selain itu, dia menyebutkan KCIC membutuhkan biaya investasi tambahan untuk instalasi listrik PLN.
"Masalah anggaran ini juga berasal dari pekerjaan variation order dan financing cost serta pekerjaan lainnya yang memang harus dilakukan untuk kebutuhan penyelesaian proyek KCJB," jelasnya.
Kendati demikian, hingga saat ini proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung masih terus berjalan. Bahkan prosesnya dipercepat agar dapat mengejar target uji coba dan target operasional yang sudah ditetapkan.
Baca juga: Siapa yang Akan Membayar Utang dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.