Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Seberapa Cepat Pelayaran Pulih Pasca-Perang Rusia Vs Ukraina?

Kompas.com - 10/04/2022, 09:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

UPAYA perundingan antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang di antara mereka terus bergulir. Sehingga, masyarakat dunia berharap besar pertikaian bersenjata bisa berakhir.

Kita anggap saja harapan ini bisa diwujudkan secepatnya. Namun, masalah yang muncul sebagai akibat peperangan yang berkecamuk tentu saja tidak akan bisa diselesaikan dengan cepat begitu gencatan senjata antara kedua negara dapat dicapai.

Salah satu masalah yang sepertinya akan sulit diselesaikan dengan cepat adalah disrupsi yang sudah mengharu-biru dalam sektor pelayaran mondial.

Tetapi perlu digarisbawahi bahwa disrupsi itu sudah terjadi jauh sebelum perang Rusia versus Ukraina meletus. Perang itu hanya makin memperburuk situasinya.

Ambil contoh, sebelum perang, dunia pelayaran sudah mengalami, antara lain, kelangkaan peti kemas, berkurangnya ruang muat kapal peti kemas, kelebihan pasokan peti kemas. Lalu, terjadilah perang.

Muncul masalah baru dalam bentuk naiknya harga bunker (BBM kapal), naiknya harga/premi asuransi, dalam bentuk war risk surcharge, naiknya rate sewa kapal dan berbagai kenaikan lainnya.

Harga bunker naik karena harga minyak mentah sudah terbang tinggi terlebih dahulu, melebihi 100 dollar AS per barel.

Sementara war risk surcharge dinaikan oleh pengurus klub P&I karena kapal-kapal yang mereka tanggung banyak yang kena rudal dan ranjau.

Dalam kalimat lain, mereka berlayar di perairan yang berisiko tinggi alias high risk area.

Sekadar catatan, P&I (kepanjangannya protection and indemnity) adalah salah satu jenis perlindungan bagi kapal.

Ia mengkover hal yang dalam dunia pelayaran dikenal dengan istilah non-navigational peril. Namun P&I bukanlah asuransi.

Pada asuransi, dana yang dibayarkan oleh klien kepada perusahaan asuransi diistilahkan dengan premi. Sementara pada P&I ini disebut dengan call.

Perusahaan asuransi didirikan dan bertanggungjawab hanya kepada pemegang sahamnya, sedangkan P&I dibentuk dan bertanggungjawab kepada anggotanya.

Maksudnya, dana yang dikumpulkan dari anggota akan dibayarkan kembali kepada mereka manakala terjadi insiden (mirip dengan arisan).

Pertanyaannya kini adalah dengan makin kencangnya upaya mengakhiri perang oleh kedua negara yang bertikai termasuk juga yang dicomblangi oleh negara-negara lain, seberapa cepat bisnis pelayaran akan pulih?

Jika pulih, akankah kondisinya akan sama dengan sebelumnya? Artinya, dari sisi ongkos angkut atau freigth misalnya, kembali kepada harga sebelum perang?

Saya pesimis kondisinya akan kembali seperti sedia kala. Hampir tidak mungkin rasanya. Begini alasannya.

Pelayaran adalah salah satu sektor usaha yang terbilang unik. Apa-apa yang berlaku umum dalam sebuah sektor usaha yang lain, belum tentu bisa atau dapat diterapkan dalam sektor pelayaran.

Jujur, saya tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu, namun begitulah adanya.

Ambil contoh, dalam aspek permodalan. Bisnis yang satu ini membutuhkan modal yang boleh dibilang fantastis (capital intensive) agar bisa berjalan.

Sayangnya, investasi yang mahal ini tidak bisa kembali atau break event-nya lumayan lama, sekitar 20 tahun per kapal.

Orang-orang barangkali akan bilang, “Kalau investasinya mahal, seharusnya pengusaha perkapalan memasang harga yang tinggi untuk layanan agar cepat balik modal. Gitu aja kok repot”.

Di sinilah uniknya bisnis perkapalan. Kendati modalnya besar, pengusaha tidak bisa mengenakan freight seenak udelnya.

Ada berbagai formula bagaimana menentukan nilai ongkos angkut tapi saya tidak akan masuk ke dalamnya. Saya bukan ahlinya.

Yang jelas, freight tidak bisa mahal disebabkan: bunga bank untuk pinjaman modal untuk pengusaha pelayaran relatif rendah, di bawah dua digit.

Sepertinya hanya di Indonesia yang interest rate-nya di atas dua digit. Itu pun masih ditambah macam-macam syarat tambahan.

Dengan freight yang rendah, sektor pelayaran jelas menjadi pilihan para pemilik barang (shipper) untuk mengapalkan kargo mereka yang berton-ton banyaknya.

Untuk catatan saja, sampai saat ini hanya kapal yang bisa mengangkut barang dalam jumlah yang masif dengan harga lumayan murah dibanding moda lainnya.

Sedikit tambahan, sekitar 90 persen perdagangan di dunia ini dilakukan dengan kapal.

Tak terbayangkan oleh saya porsi sebanyak ini diangkut dengan pesawat, kereta api, truk atau lainnya. Berapa duit, ya? Pastinya banyak.

Harga murah yang ditawarkan oleh bisnis pelayaran kepada pengguna jasanya selama ini hanya bisa bergejolak bilamana ada kejadian besar seperti perang.

Angeliki Frangou, praktisi pelayaran asal Yunani, pernah mengatakan, “What’s bad for the world is good for the tanker market”.

Maksudnya, dalam situasi yang buruk sekalipun bisnis pelayaran (tanker) tetap bisa meraup untung.

Dalam perang Rusia-Ukraina, dengan segala disrupsi yang terjadi dalam bisnis pelayaran yang diakibatnya, tetap saja pemainnya dapat cuan.

Mulai dari pelayaran tanker, peti kemas, bulker dan sebagainya. Freight mereka naik dengan signifikan.

Terbukanya peluang akan berakhirnya peperangan antarkedua negara, mengeluarkan harapan akan kembalinya kondisi bisnis pelayaran ke keadaan sedia kala; freight bisa normal lagi seperti semula.

Dengan segala pengharapan baik yang kita miliki, rasanya tidak mungkin.

Disrupsi yang ada membuat situasinya sudah bergerak menuju ke keseimbangan baru. Tak mungkin kembali ke awal, apapun awal itu.

Dan, disrupsi itu lebih melanda para konsumen dalam bentuk harga yang naik, sementara para pengusaha pelayaran berada di puncak piramida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com