JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan pabrik pengolahan (smelter) nikel yang dibangun oleh PT Ceria Nugraha Indotama Group (CNI Group), melalui anak usahanya PT Ceria Metalindo Prima (CMP) mendapat dukungan dari pemerintah dan perbankan.
Dukungan pemerintah dan perbankan tersebut diwujudkan melalui pemberian fasilitas pembiayaan term Ioan senilai 277,6 juta dollar AS atau setara Rp 3,98 triliun untuk pembangunan Line I fasilitas pengolahan Bijih Nikel Laterit Rectangular Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) 1 x 72 MVA di Blok Lapao-pao, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Pembiayaan ini dikucurkan oleh sindikasi perbankan yang terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk, (BJB) dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Bank Sulselbar).
Baca juga: Bangun Smelter Nikel Pertama di Kalimantan, Haji Isam Siapkan Rp 6,3 Triliun
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Arifin Tasrif mengatakan, sesuai amanah Undang-Undang Mineral dan Batubara (Minerba), pemerintah berkomitmen untuk mendorong dan mempercepat hilirisasi industri nikel di Indonesia agar menghasilkan nilai tambah, salah satunya melalui pembangunan smelter.
"Selama ini kita selalu kehilangan kesempatan untuk memperoleh nilai tambah dari pengelolaan nikel kita. Ada banyak kendala yang kita hadapi dalam mempercepat hilirisasi, mulai dari teknologi yang masih terbatas dan pendanaan yang tidak tersedia, sehingga kita menjual bahan mentah. Namun dengan implementasi UU Minerba, hilirisasi ini telah memberikan perubahan, dimana nilai tambah dari ekspor nikel sudah mencapai 20 miliar dollar AS, jauh berbeda jika dibandingkan dengan ekspor material mentah," ujar Arifin dalam keterangan tertulis, Senin (11/4/2022).
Menurut Arifin, komoditas nikel memberikan prospek besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain untuk dikonsumsi di dalam negeri, produk nikel juga sangat penting untuk industri baja.
Di lain pihak, komoditi nikel juga sangat penting dalam mempercepat transisi energi, utamanya dalam mendukung industri baterai dan kendaraan listrik.
"Ini tentu menjadi nilai strategis bagi Indonesia. Karena itu saya meminta CNI Group untuk mengembangkan hilirisasisi berbagai produk lain secara global," kata dia.
Arifin menjelaskan, dukungan pendanaan oleh perbankan terhadap proyek smelter CNI Group ini menjadi salah satu inisiatif Kementerian ESDM selama ini untuk membantu proyek-proyek smelter di Indonesia yang mengalami kendala.
Berdasarkan catatan Arifin, jumlah proyek yang menunjukkan kemajuan kurang menggembirakan sempat mencapai 57 proyek pada beberapa waktu lalu.
Baca juga: Demi Mobil Listrik, Luhut Resmikan Smelter Nikel Senilai Rp 14 Triliun di Pulau Obi
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.