Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Hancur, Sri Lanka Umumkan Gagal Bayar Utang Luar Negeri

Kompas.com - 13/04/2022, 14:48 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - Pemerintah Sri Lanka mengumumkan bakal gagal bayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 732 triliun (kurs Rp 14.371). Gagal bayar mereka umumkan sebagai langkah terakhir setelah Sri Lanka kehabisan devisa untuk mengimpor barang pokok yang dibutuhkan masyarakat.

Dikutip dari BBC, Rabu (13/4/2022), pengumuman kegagalan membayar utang alias default ini diakibatkan krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun terakhir. Para pejabat Sri Lanka menyebutkan, pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina membuat negara itu semakin sempoyongan.

Negara Asia Selatan ini telah lama dilanda protes massal karena rakyatnya menderita kekurangan pangan, melonjaknya harga, dan pemadaman listrik. Negara itu kini tengah bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk program pinjaman baru agar negara itu bisa keluar dari krisis.

Pemerintah Sri Lanka mengeklaim, sejak merdeka dari Inggris tahun 1948, negara itu tak pernah sekali pun gagal membayar utang. Namun, sederet krisis beberapa tahun terakhir membuat pemerintah akhirnya menyatakan tak sanggup lagi membayar utangnya.

Baca juga: Siapa yang Akan Membayar Utang dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

"Berbagai tragedi baru-baru ini telah membuat posisi fiskal Sri Lanka dalam kondisi sulit untuk membayar utang," tulis Kementerian Keuangan Sri Lanka dalam keterangan resminya.

"Meskipun pemerintah telah mengambil berbagai langkah luar biasa dalam kebijakan utang luar negeri, tampaknya kondisi ini sudah tak bisa lagi dipertahankan," sambung Kementerian Keuangan Sri Lanka.

Lakshini Fernando dari Asia Securities mencatat bahwa Sri Lanka seharusnya membayar cicilan sebesar 78 juta dollar AS utang luar negeri yang jatuh tempo pada pekan depan.

Sementara itu, cadangan devisa Sri Lanka mencapai 1,93 miliar dollar AS pada akhir Maret. Di sisi lain, Sri Lanka memiliki kewajiban sekitar 4 miliar dollar AS dalam pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo tahun ini.

Baca juga: Siapa Pemberi Utang Terbesar ke Negara Ini?

Sri Lanka baru-baru ini menunjuk kepala bank sentral baru dan nyaris menggandakan suku bunga untuk membantu mengatasi lonjakan harga dan kekurangan barang-barang penting.

Dalam beberapa pekan terakhir, para demonstran turun ke jalan-jalan di ibu kota Kolombo ketika rumah-rumah penduduk dan bisnis dilanda pemadaman listrik dalam waktu yang cukup lama.

Sri Lanka dihadapkan dengan kekurangan dan kenaikan inflasi setelah negara itu secara tajam mendevaluasi mata uangnya bulan lalu menjelang pembicaraan dengan IMF mengenai bailout.

Utang China

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah meminta China untuk merestrukturisasi pembayaran utangnya sebagai bagian dari upaya untuk membantu negara Asia Selatan itu mengatasi situasi keuangannya yang memburuk.

Baca juga: Lonjakan Utang Pemerintah, Sebelum dan Setelah Jokowi Jadi Presiden RI

Gotabaya Rajapaksa mengajukan permintaan tersebut dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi beberapa waktu lalu.

Dalam beberapa dekade terakhir, China telah meminjamkan Sri Lanka lebih dari 5 miliar dollar AS untuk proyek-proyek, termasuk jalan, bandara, dan pelabuhan.

"Presiden menekankan bahwa restrukturisasi utang merupakan solusi atas krisis ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19," kata Kantor Kepresidenan.

Pernyataan itu juga mengatakan, China diminta untuk memberikan persyaratan "konsesi" untuk ekspornya ke Sri Lanka, yang berjumlah sekitar 3,5 miliar dollar AS tahun lalu, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.

Rajapaksa juga menawarkan untuk mengizinkan turis China kembali ke Sri Lanka asalkan mereka mematuhi peraturan yang ketat mengenai virus corona.

Baca juga: Rekor Baru, Utang Pemerintah Jokowi Kini Tembus Rp 7.000 Triliun

Sebelum pandemi, turis dari China adalah salah satu sumber utama pariwisata Sri Lanka. Dalam beberapa bulan terakhir, Sri Lanka telah mengalami krisis utang dan valuta asing yang parah, yang diperburuk oleh hilangnya pendapatan dari turis selama pandemi.

China adalah pemberi pinjaman terbesar keempat Sri Lanka setelah pasar keuangan global, Bank Pembangunan Asia, dan Jepang.

Negara itu telah menerima miliaran dollar pinjaman lunak dari China, tetapi negara kepulauan itu telah dilanda krisis valuta asing yang menurut beberapa analis telah mendorongnya ke ambang default atau gagal bayar.

Sri Lanka adalah bagian penting dari Belt and Road Initiative yang diinisiasi China, sebuah rencana jangka panjang untuk mendanai dan membangun infrastruktur yang menghubungkan China dengan seluruh dunia.

Namun, beberapa negara, termasuk AS, telah menyebut proyek itu sebagai "jebakan utang" untuk negara-negara yang lebih kecil dan lebih miskin. Akan tetapi, Beijing selalu menolak tuduhan itu.

Baca juga: Naik Lagi, Utang Pemerintah Jokowi Kini Tembus Rp 6.713 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com