Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisaris Pelita Air Milik Pertamina Diisi Relawan Jokowi di Pilpres

Kompas.com - 13/04/2022, 21:37 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pelita Air Service melakukan perombakan pada jajaran direksi dan komisarisnya. Dendy Kurniawan didaulat jadi direktur utama perusahaan menggantikan Albert Burhan yang menjadi tersangka dugaan korupsi pesawat Garuda Indonesia.

Dendy dipercaya untuk memimpin PT Pelita Air Service karena telah berpengalaman memimpin salah satu industri jasa penerbangan di Indonesia, yaitu AirAsia selama kurang lebih delapan tahun terakhir.

Wajah lain yang cukup menyita perhatian adalah Michael Frankwin Umbas sebagai Komisaris Pelita Air. Michael Frankwin Umbas diketahui menjadi relawan Joko Widodo (Jokowi) saat pemilu.

Saat Pilpres 2019, ia tercatat merupakan Ketua Umum Arus Bawah Jokowi (ABJ). Dukungannya kepada Jokowi bahkan sudah dilakukannya sejak Pilpres 2014.

Sebelum ditempatkan sebagai komisaris di anak usaha Pertamina, Michael Frankwin Umbas juga sempat tercatat sebagai komisaris di BUMN lain yakni Komisaris PT Hotel Indonesia Natour (Persero).

Baca juga: Berikut Daftar 19 Relawan Jokowi yang Jadi Komisaris BUMN

Sementara untuk posisi Komisaris Utama Pelita Air dijabat oleh Rachmat Kaimuddin. Ia merupakan bekas CEO Bukalapak yang bergabung dengan Kemenko Kemaritiman dan Investasi pimpinan Luhut Binsar Pandjaitan.

Rachmat menempati posisi sebagai penasehat di bidang teknologi di kantor Luhut. Kemudian ada nama Mohamad Tony Harjono yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Militer Presiden.

Masuk ke penerbangan berjadwal

Pelita Air memastikan telah siap mengembangkan bisnis dan memperluas layanannya ke segmen penerbangan berjadwal komersial (regular flight) dengan mendatangkan dua pesawat Airbus A320.

Praktis dengan masuknya anak perusahaan Pertamina ini di penerbangan berjadwal, akan melawan dominasi dua maskapai terbesar lokal saat ini, Lion Air dan Garuda Indonesia.

Baca juga: Daftar 9 Pentolan NU yang Jadi Komisaris BUMN

Pelita Air sendiri sempat digadang-gadang sebagai pengganti maskapai BUMN Garuda yang sampai saat ini masih mengalami keterpurukan keuangan.

Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama PT Pelita Air Service Muhammad S Fauzani mengatakan kedatangan pesawat Airbus A320 merupakan momen bersejarah sekaligus milestone baru bagi perusahaan yang sebelumnya fokus pada layanan penerbangan charter.

"Kedatangan dua pesawat ini juga menunjukkan kesiapan Pelita Air yang tengah mengembangkan layanan penerbangannya ke layanan penerbangan komersial berjadwal," katanya dilansir dari Antara.

Fauzani mengatakan, saat ini Pelita Air masih dalam proses sertifikasi pesawat Airbus 320 yang terus berjalan dalam rangka membuka penerbangan berjadwal. Ia berharap pesawat tersebut dapat beroperasi dalam waktu dekat.

Baca juga: Pelita Air, Anak Usaha Pertamina, Melawan Dominasi Garuda dan Lion Air

Selain itu, Ia juga mengucapkan terima kasih atas dukungan kerja sama dan koordinasi yang sangat baik dari pihak regulator, pengelola bandara, pengatur lalu lintas udara, kru yang bertugas, dan berbagai pihak lainnya yang telah membantu kelancaran proses kedatangan pesawat dan sesuai waktu yang ditentukan.

“Pelita Air juga berterima kasih kepada manajemen induk perusahaan, yaitu Pertamina yang telah mendukung upaya ekspansi bisnis Pelita Air ke layanan penerbangan komersial berjadwal," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com