Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinyal Kenaikan Tarif Listrik, Pertalite, hingga Elpiji 3 Kg, Apa yang Jadi Pertimbangan Pemerintah?

Kompas.com - 14/04/2022, 09:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memberikan sinyal rencana kenaikan tarif listrik, harga Pertalite dan Solar, serta harga Elpiji 3 kg. Kenaikan ini merupakan strategi pemerintah dalam menghadapi kenaikan harga komoditas energi di pasar global.

Hal tersebut diungkapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/4/2022) kemarin.

Ia menjelaskan, harga minyak dunia melambung dipengaruhi memanasnya konflik geopolitik Rusia dan Ukraina. Adapun kini harga minyak dunia sudah mencapai di atas 100 dollar AS per barrel.

Baca juga: Tarif Listrik hingga Harga Pertalite, Solar dan Elpiji 3 Kg Bakal Naik

Kenaikan minyak dunia itu turut mengerek harga minyak mentah Indonesia (ICP/Indonesia Crude Price) mencapai 98,4 dollar AS per barrel per Maret 2022. Padahal asumsi APBN 2022 hanya 63 dollar AS per barrel.

Di sisi lain, Contract Price (CP) Aramco yang menjadi harga acuan LPG tercatat sudah mencapai 839,6 dollar AS per metrik ton, jauh dari asumsi awal tahun 2022 yang sebesar 569 dollar AS per metrik ton.

"Maka terdapat beberapa langkah strategi dalam menghadapi kenaikan harga minyak duni, baik janka pendek, menengah, maupun panjang," ungkap Arifin.

Kenaikan Tarif Listrik

Terkait tarif listrik, Arifin memberikan sinyal penerapan kembali tarif adjustment (tarif penyesuaian) pada tahun 2022. Penerapan ini akan menghemat kompensasi yang berasal dari kas negara hingga Rp 16 triliun.

Ia mengatakan, penerapan kembali tarif adjustment merupakan bagian dari strategi jangka pendek dalam menghadapi dampak kenaikan harga komoditas energi di pasar global.

"Dalam jangka pendek penerapan tarif adjustment 2022 ini untuk bisa dilakukan. Akan ada penghematan kompensasi sebesar Rp 7-16 triliun," katanya.

Sebagai informasi, tarif adjustment akan diterapkan pada 13 golongan pelanggan listrik non subsidi PT PLN (Persero). Adapun tarif listrik pelanggan non subsidi tidak pernah mengalami penyesuaian sejak 2017.

Itu artinya, tidak ada kenaikan tarif listrik pelanggan non subsidi selama 5 tahun terakhir, maka dengan penerapan kembali tariff adjustment, tarif listrik pelanggan non subsidi berpotensi mengalami kenaikan.

Selain rencana penerapan tarif adjustment, lanjut Arifin, dalam jangka pendek ini Kementerian ESDM juga akan menerapkan efisiensi biaya pokok penyediaan listrik dan strategi energi primer PLN.

Kemudian, melakukan optimalisasi pembangkit dengan bahan bakar sumber domestik yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan (PLT EBT).

Lalu, mempercepat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan target 450 megawatt (MW) di 2022. Serta, membangun berbagai pembangkit EBT menggunakan dana dari APBN.

Baca juga: Menteri ESDM Beri Sinyal Kenaikan Harga Pertalite dan Solar

Kenaikan Pertalite dan Solar

Arifin mengungkapkan, penyesuaian harga Pertalite dan Solar menjadi langkah jangka menengah-panjang pemerintah dalam menghadapi tingginya harga minyak dunia.

"Untuk jangka menengah dan panjang, akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti KBLBB, bahan bakar gas (BBG), bioethanol, bioCNG, dan lainnya," jelasnya.

Seperti diketahui, harga Pertalite dan Solar tidak mengalami kenaikan karena disubsidi oleh pemerintah, meski produk BBM lainnya yang nonsubsidi sudah mengalami kenaikan per 1 April 2022 lalu sebagai respons kenaikan harga minyak dunia.

Harga Pertalite saat ini masih banderol Rp 7.650 per liter, sementara Solar masih dijual seharga Rp Rp 5.150 per liter.

Selain menyesuaikan harga Pertalie dan Solar, strategi menghadapi kenaikan harga minyak dunia juga dilakukan pemerintah dengan pengamanan cadangan operasional menjadi 30 hari dari saat ini hanya 21 hari.

Sementara untuk strategi jangka pendek, pemerintah akan menjaga ketersediaan pasokan dan distribusi BBM, khususnya ada periode Ramadhan dan Idul Fitri. Lalu, meningkatkan pengawasan dan penindakan penyalahgunaan BBM, serta memaksimalkan fungsi digitalisasi SPBU.

Tak hanya itu, pemerintah juga bakal menambah kuota Solar sebanyak 2,29 juta kilo liter (KL) sehingga menjadi 17,39 juta KL, serta Pertalite ditambah 5,45 juta KL sehingga menjadi 28,50 juta KL.

"Jadi untuk jangka pendek, kami mengusulkan perubahan kuota BBM jenis tertentu yaitu minyak Solar, Pertalite, dan melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi," kata Arifin.

Baca juga: Soal Rencana Kenaikan Harga Pertalite dan Elpiji 3 Kg, Pengamat: Pemerintah Tidak Punya Empati

Kenaikan Elpiji 3 Kg

Terkait rencana kenaikan harga Elpiji 3 kg, Arifin bilang, hal itu sebagai bagian dari strategi jangka pendek dalam menghadapi lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga bakal diterapkan melalui perubahan formula Elpiji 3 kg.

"Dalam strategi jangka pendek dilakukan uji coba penjualan dengan aplikasi MyPertamina di 34 kabupaten/kota di 2022. Serta dilakukan penyesuaian formula Elpiji 3 kg," jelas dia.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan, pemerintah akan menjaga ketersediaan elpiji dan mengurangi impor. Sehingga dalam strategi jangka pendek juga akan dilakukan peningkatan pendistribusian elpiji 3 kg yang tepat sasaran, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum (APH).

Sedangkan dalam jangka menengah dan panjang, akan dilakukan substitusi ke kompor induksi jaringan gas dengan target bisa mencapai sekitar 1 juta rumah tangga per tahun. Lalu dilakukan subsidi komoditas menjadi subsidi langsung ke pengguna.

Kemudian melakukan substitusi dengan dimethyl ether (DME) sehingga akan mengurangi 1 juta metrik ton Elpiji pada 2027, juga melakukan penyesuaian harga jual eceran untuk mengurangi tekanan pada APBN dan menjaga inflasi.

"Serta dengan dilakukan percepatan program biogas," tutup Arifin.

Baca juga: Dirut Pertamina: Tenteng Satu Tabung Elpiji 3 Kilogram, Itu Pemerintah Subsidi Rp 33.750

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com