Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

Pelita Air Service: Welcome To The Jungle

Kompas.com - 14/04/2022, 16:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Namun TBA dan TBB maskapai itu saling berimpitan. Dari satu tarif per rute, maskapai full service tarifnya 100 persen (TBA) dan 35 persen (TBB), medium 90 persen-25 persen dan LCC 85 persen-20 persen.

Maskapai full service tentu lebih diuntungkan karena bisa menjual tarif sebesar 70 persen, padahal tarif sebesar itu seharusnya sudah masuk dalam ranah tarif medium dan LCC.

Jika full service menjual harga 70 persen tentu saja medium dan LCC akan menjual di bawahnya, karena jika tidak, penumpangnya akan beralih.

Dan yang paling terkena dampaknya adalah medium service karena kalah bersaing dengan pada layanan dengan full service dan pada harga rendah dengan LCC.

Selain itu, dalam hal pemberian frekuensi penerbangan, sebenarnya pemerintah telah memperhitungkan kemampuan pasar di tiap-tiap rute.

Namun pemerintah tidak mengatur maskapainya mana saja yang boleh terbang ke rute tersebut, seperti pada Keputusan Menteri Perhubungan no. KM 25 tahun 2008.

Alhasil dalam satu rute slot penerbangannya bisa saja dikuasai oleh satu group maskapai tertentu.

Bahkan dalam aturan terbaru, yaitu Peraturan Menteri Perhubungan no. PM 35 tahun 2021, aturan terkait kemampuan pasar juga dihapus, sehingga tiap-tiap maskapai bebas menambah frekuensi penerbangan tanpa mempertimbangkan tingkat keterisian pesawat rata-rata di rute tersebut.

Aturan baru ini tentu saja berpotensi melegalkan terjadinya monopoli oleh maskapai atau group maskapai, tidak saja di satu rute tapi di semua rute komersial.

Dalam kondisi yang seperti ini, iklim bisnis penerbangan di Indonesia memang bak rimba belantara.

Persaingan antargroup maskapai sangat tajam, baik dari sisi tarif dan penguasaan frekuensi penerbangan.

Hal inilah yang menyebabkan banyak maskapai berhenti beroperasi. Sebelum pandemi menyerang, hampir semua keuangan maskapai sudah memprihatinkan.

Bahkan Sriwijaya Group pada tahun 2018 secara terbuka pernah menyatakan kesulitan keuangan.

Lion dan Garuda group bisa bertahan dan berkembang di antaranya karena mempunyai modal dan jumlah armada yang besar.

Dengan demikian mereka bisa menawarkan harga tiket yang beragam dan mengembangkan jaringan penerbangannya.

Kita berharap Pelita Air Service bisa bertahan dan berkelanjutan menjalankan bisnisnya dan dapat memberikan pelayanan terbaik pada penumpang.

Sambil berharap pula pemerintah memperbaiki iklim bisnis di penerbangan nasional sehingga penumpang mendapatkan keselamatan, kemanan dan pelayanan serta konektivitas yang baik dalam penerbangan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan Sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan Sejak Maret 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Work Smart
Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Whats New
Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Whats New
Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Whats New
Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Whats New
IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

Whats New
Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Whats New
Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com