Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerdiknya Putin Saat Wajibkan Bayar Gas Rusia Pakai Rubel

Kompas.com - Diperbarui 16/04/2022, 22:10 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin meminta pembayaran gas dalam mata uang rubel yang dibeli oleh negara-negara tak bersahabat mulai April 2022, sebagai imbas konflik militer di Ukraina.

Negara-negara tak bersahabat yang dimaksud Putin adalah mereka yang menghujani Rusia dengan serangkaian sanksi atas invasi militernya ke Ukraina.

Diketahui, negara-negara tersebut adalah AS dan sekutunya, negara-negara di Uni Eropa. Uni Eropa sendiri merupakan pelanggan gas alam cair Rusia.

Putin juga mengancam, jika negara-negara tidak bersahabat itu menolak membayar dengan rubel, Rusia akan menghentikan aliran gasnya.

Baca juga: Jerman Serba Salah, Ingin Bantu Ukraina, tapi Bergantung Gas Rusia

Menurut dekrit tersebut, semua pembayaran akan ditangani oleh Gazprombank Rusia, anak perusahaan raksasa energi milik negara, Gazprom.

Pembeli akan mentransfer pembayaran ke rekening Gazprombank dalam mata uang asing, yang kemudian akan diubah oleh bank menjadi rubel dan ditransfer ke rekening rubel pembeli.

Lalu seberapa efektif kebijakan Putin memaksa negara-negara tak bersahabat menggunakan rubel dalam pembelian gas Rusia?

Kecerdikan Putin

Dikutip dari laman The Wire, serangan militer Rusia ke Ukraina tampaknya sudah sangat lama dipersiapkan Putin dan para pembantunya, termasuk berbagai rencana matang yang sudah direncakan ketika menghadapi serangkaian sanksi ekonomi.

Baca juga: Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi

Meski ada beberapa rencananya terhadap Ukraina yang kurang sempurna, Putin tidak ceroboh. Ia sendiri sudah lama dikenal sebagai pemimpin yang cerdik dan berpikir rasional.

Sebagaimana diketahui, Putih dengan sengaja mengonversi rubel Rusia dengan harga emas. Dengan mematok 5.000 rubel untuk setiap 1 gram emas, kebijakan ini dipastikan akan membuat AS dan sekutunya dalam kesulitan.

Di sisi lain, AS dan sejumlah negara Barat sudah memutuskan untuk menghentikan ekspor ke Rusia sebagai bagian dari sanksi.

Mustahil negara-negara Barat mendapatkan rubel dengan jumlah yang cukup. Mereka tak bisa mendapatkan rubel dengan melakukan ekspor ke Rusia. Di lain sisi, negara-negara Barat membutuhkan minyak dan gas Rusia.

Baca juga: Mengenal Uang Fiat dan Plus Minusnya

Artinya mau tidak mau, dengan terpaksa, satu-satunya cara negara-negara tersebut mendapatkan gas dan minyak yakni harus membayar rubel dengan menjual cadangan emas untuk ditukar dengan rubel, yang artinya harus mengirim berbalok-balok emas ke Rusia.

Putin sadar, tak ada gunanya menerima dollar untuk penjualan gas Rusia. Mengingat cadangan devisa Rusia dalam bentuk dollar tak bisa dipakai karena akses keuangannya di dunia sudah diblokir AS dan sekutunya, termasuk sanksi larangan bank Rusia menggunakan transaksi SWIFT.

Ibarat pepatah sekali mendayung dua pulau terlampaui, Putin mendapatkan dua keuntungan sekaligus dengan memaksa penggunaan rubel, yakni cadangan emas Rusia yang melonjak dan rubel yang menguat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com