Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Indonesia Naik 32 Persen, Didominasi Komoditas Nonmigas

Kompas.com - 18/04/2022, 15:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor selama bulan Maret 2022 sebesar 21,97 miliar dollar AS. Angkanya meningkat 32,02 persen neraca bulanan (month to month/mtm) dan 30,85 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan, impor didominasi oleh komoditas nonmigas, yakni sebesar 18,48 miliar dollar AS, dan komoditas migas sebesar 3,49 miliar dollar AS.

"Komoditas nonmigas meningkat 28,23 persen (mtm), yakni impor mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, diikuti dengan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya sebesar 18,65 persen (mtm)," ucap Margo dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (18/4/2022).

Baca juga: Subsidi Energi Berpotensi Bengkak Jadi Rp 320 Triliun, Menteri ESDM Minta Warga Berpartisipasi Awasi Distribusi BBM

Menurut penggunaan barang, semua sektor mengalami peningkatan. Porsi terbesar atau 77,46 persen barang yang diimpor adalah bahan baku atau penolong, nilainya 17,02 miliar dollar AS.

Selainjutnya ada barang modal dengan share terhadap total impor sebesar 14,62 persen atau 3,13 miliar dollar AS, dan barang konsumsi sebesar 8,28 persen atau 1,82 miliar dollar AS.

"Impor barang konsumsi tumbuh 51,22 persen (mtm), bahan baku atau penolong 32,60 persen (mtm), dan barang modal tumbuh 20,31 persen (mtm)," ucap Margo.

Baca juga: 10 Industri dengan Gaji Tertinggi di Indonesia Versi JobStreet

Dilihat berdasarkan negara, China masih menjadi negara yang paling getol mengimpor barang ke Indonesia dengan peningkatan pada bulan Maret mencapai 675,2 juta dollar AS. Komoditasnya yakni mesin peralatan elektrik dan bagiannya, bahan bakar mineral, serta plastik dan barang dari plastik.

Kemudian diikuti oleh Jepang yang meningkat sebesar 546,6 juta dollar AS, Hong Kong 284,5 juta dollar AS, Amerika Serikat 267,9 juta dollar AS, dan India sebesar 267,5 juta dollar AS.

Sedangkan negara dengan penurunan impor tertinggi adalah Austria sebesar 18,2 juta dollar AS, diikuti Kepulauan Marshall 17,8 juta dollar AS, Ukraina 13,1 juta dollar AS, Mesir 8,3 juta dollar AS, dan Paraguay sebesar 7,8 juta dollar AS.

"Dengan Austria, komoditas yang menurun adalah mesin, perlengkapan elektrik dan bagiannya, instrumen optik fotografi sinematografi, dan medis, serta serat staple buatan dan lain-lain," jelas Margo.

Adapun pangsa impor tertinggi impor RI masih dari China, dengan porsi mencapai 28,73 persen atau setara dengan 5,31 miliar dollar AS. Kemudian diikuti Jepang sebesar 9,21 persen atau 1,70 miliar dollar AS, dan Thailand 6,49 persen atau 1,20 miliar dollar AS.

Sementara impor dari negara-negara ASEAN mencapai 3,41 miliar dollar AS dengan porsi 18,44 persen, dan impor dari Uni Eropa mencapai 1,06 miliar dollar AS atau 5,74 persen.

Baca juga: Dukung Rekrutmen Bersama BUMN, Telkom Buka Lowker 250 Posisi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Ingin Sukses di Dunia Digital? Coba Program Free Trial SEO dari Undercover.co.id

Ingin Sukses di Dunia Digital? Coba Program Free Trial SEO dari Undercover.co.id

Work Smart
BI Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tahun Depan Bisa 5,5 Persen

BI Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tahun Depan Bisa 5,5 Persen

Whats New
Menhub Akui Pembelian Motor Listrik Lewat Subsidi Masih Jauh dari Target

Menhub Akui Pembelian Motor Listrik Lewat Subsidi Masih Jauh dari Target

Whats New
Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Naik Mulai 1 Desember, Animo Masyarakat Bakal Susut?

Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Naik Mulai 1 Desember, Animo Masyarakat Bakal Susut?

Whats New
Kartu BPJS Kesehatan Hilang, Apa yang Harus Dilakukan?

Kartu BPJS Kesehatan Hilang, Apa yang Harus Dilakukan?

Whats New
Daya Saing Investasi RI Dinilai Kalah dengan Vietnam, Mengapa?

Daya Saing Investasi RI Dinilai Kalah dengan Vietnam, Mengapa?

Whats New
Kemenkop UKM: 58 Persen Wirausaha Muda Mulai Bisnis Ramah Lingkungan

Kemenkop UKM: 58 Persen Wirausaha Muda Mulai Bisnis Ramah Lingkungan

Smartpreneur
Pendapatan Negara 2024 Ditarget Rp 2.802 Triliun, Pemerintah Andalkan Investasi dan Pajak

Pendapatan Negara 2024 Ditarget Rp 2.802 Triliun, Pemerintah Andalkan Investasi dan Pajak

Whats New
Tahun Anggaran Terakhir Kabinet Jokowi, DIPA Kini Berbentuk Digital

Tahun Anggaran Terakhir Kabinet Jokowi, DIPA Kini Berbentuk Digital

Whats New
Lazada: Indonesia Pasar Besar untuk E-commerce, Semua Punya Kesempatan Sama

Lazada: Indonesia Pasar Besar untuk E-commerce, Semua Punya Kesempatan Sama

Whats New
Platform Pinjaman Online Kredit Pintar Tunjuk CEO Baru

Platform Pinjaman Online Kredit Pintar Tunjuk CEO Baru

Whats New
Adaptasi Penjualan Produk Asuransi Unitlink Butuh Waktu 3-6 Bulan

Adaptasi Penjualan Produk Asuransi Unitlink Butuh Waktu 3-6 Bulan

Whats New
Tingkatkan Layanan, IoT Diterapkan di LRT Palembang

Tingkatkan Layanan, IoT Diterapkan di LRT Palembang

Whats New
Serahkan DIPA Terakhir Kabinet Jokowi, Sri Mulyani Harap Segera Terlaksana Awal 2024

Serahkan DIPA Terakhir Kabinet Jokowi, Sri Mulyani Harap Segera Terlaksana Awal 2024

Whats New
Kuliner Korea Makin Digandrungi, 4 Makanan Khas Berikut Bisa Dijadikan Ide Bisnis

Kuliner Korea Makin Digandrungi, 4 Makanan Khas Berikut Bisa Dijadikan Ide Bisnis

Smartpreneur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com