Oleh: Frangky Selamat*
JAUH sebelum program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) diluncurkan Kemendikbudristek pada akhir Januari 2020, program magang telah ada di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan berbagai versi di dalam kurikulum yang ditawarkan.
Ada yang menjadi kewajiban, ada pula yang menjadi opsi bagi mahasiswa.
Program MBKM makin mengukuhkan magang sebagai program primadona untuk menyiapkan lulusan yang tangguh dan siap bekerja di dunia industri.
Penghargaan terhadap program magang tidak main-main. Melalui program MBKM, Kemendikbudristek memberikan wewenang kepada perguruan tinggi untuk memberikan pengakuan sebanyak 20 SKS untuk mahasiswa yang melakukan magang selama satu semester atau enam bulan.
Bobot tinggi yang diberikan memperlihatkan program ini serius dan tidak main-main.
Sejumlah perusahaan menyambut baik program magang mahasiswa dengan menerima kemitraan dari perguruan tinggi.
Mahasiswa diterima magang di perusahaan melalui program yang terukur, sistematis, dan bernilai tambah bagi perguruan tinggi, perusahaan dan terlebih, mahasiswa.
Karena jumlah perusahaan yang terlibat dalam program kemitraan ini terbatas, sementara jumlah mahasiswa yang berpartisipasi membludak sehingga tidak sedikit mahasiswa yang mencari sendiri perusahaan tempat magang dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Sejumlah kendala dan tantangan hadir tatkala mahasiswa menjalankan program magang ini.
Jika menyebut sedikit dari sekian banyak temuan di lapangan, ada lima hal yang kerap kali menjadi keluhan utama sejumlah mahasiswa.
Pertama, deskripsi tugas yang tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni. Sudah banyak tersiar kabar peserta magang diberikan tugas yang tidak layak dengan kompetensi yang dimiliki.
Ada yang merasa diperlakukan seperti “asisten rumah tangga” yang tugasnya membuatkan kopi untuk karyawan tetap, menggandakan dokumen (foto copy), scan dokumen, dan merapikan file di komputer.
Seorang mahasiswa menceritakan pengalamannya ketika harus membersihkan gudang dan membuang sampah ketika magang di sebuah gerai minimarket terkemuka.
Belum lagi tugas membersihkan barang dagangan (merchandise) dengan menggunakan lap kanebo di display yang menjadi keseharian.