Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Diprediksi Capai 5,5 Persen jika Harga Elpiji dan Pertalite Naik

Kompas.com - 19/04/2022, 17:23 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksi tingkat inflasi sepanjang tahun 2022 bisa mencapai di atas 5,5 persen jika terjadi kenaikan pada barang-barang kebutuhan masyarakat.

Kebutuhan tersebut yakni Pertalite, tarif listrik, hingga elpiji 3 kilogram dari Rp 17.000 menjadi Rp 20.000. Begitu juga ditambah dengan kenaikan tarif PPN dari 10 persen menjadi 11 persen dan harga Pertamax yang sudah naik lebih dulu.

Adapun hingga saat ini, pemerintah masih menahan kenaikan harga barang kebutuhan pokok tersebut di tingkat konsumsi sehingga subsidi energi dalam APBN membengkak.

"Kalau pemerintah mewujudkan rencana kenaikan berbagai komponen kebutuhan yang vital, seperti pertalite, elpiji, listrik, potensi kenaikannya bisa di atas 5 persen bahkan bisa 5,5 persen kalau itu semuanya itu dilakukan," kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal dalam webinar di Jakarta, Selasa (19/4/2022).

Baca juga: Dirjennya Jadi Tersangka Suap Izin Minyak Goreng, Mendag Lutfi: Kami Dukung Proses Hukum

Faisal menuturkan, jika harga elpiji tak jadi dinaikkan menjadi sekitar Rp 20.000, maka kenaikan tingkat inflasi mencapai di atas 5 persen.

Sementara jika harga Pertalite dan gas elpiji tidak naik, penambahan tingkat inflasi hanya terbatas di atas 3,5 persen.

"Jadi di bulan April ada kenaikan PPN dari 10 persen menjadi 11 persen, dan Pertamax. Ini potensi inflasi full year menjadi 3,5 persen, nambah 1 persen," jelas dia.

Sejatinya kata Faisal, tingkat inflasi tahun ini akan tetap naik di atas 2,5 persen tanpa ada kebijakan kenaikan harga, termasuk kenaikan tarif PPN dan Pertamax.

Baca juga: Dirjen Kemendag Jadi Tersangka Kasus Minyak Goreng, Faisal Basri: Maling Teriak Maling

Tanpa ada kenaikan harga, dia memproyeksi inflasi sudah lebih tinggi dari tahun 2020 dan tahun 2021. Tercatat di kuartal I-2022, inflasi kumulatif sudah mencapai 1,2 persen (ytd).

Angkanya sudah mendekati tingkat inflasi di sepanjang tahun 2020 dan 2021, yakni di kisaran kisaran 1,68 persen dan 1,87 persen.

"Kalau dibanding di periode yang sama, sudah 3 kali lipat tingginya. Padahal (pada bulan Maret) ini belum masuk bulan April yang ada peningkatan PPN, Pertamax, dan lainnya," tandas Faisal.

Baca juga: Harga Avtur Naik, Kemenhub Izinkan Maskapai Naikkan Tarif Tiket Pesawat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com