Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Flexible Working Arrangements: Apakah Benar-benar Menguntungkan?

Kompas.com - 21/04/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Aurellia Raisa Budiman, Dr. Ir. Rita Markus Idulfilastri, M.Psi.T, Dhindayanti Putri, M.Psi., Psikolog

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama dua tahun. Sejak itu pula, berbagai macam kegiatan di masyarakat mulai dilakukan secara jarak jauh sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi yang tengah berlangsung.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan yang terjadi secara mendadak menyebabkan kebanyakan orang mulai merasa tertekan dan frustasi.

Perasaan ini muncul karena batasan antara kegiatan di kehidupan pribadi dan kegiatan di dunia kerja menjadi buram karena semuanya dilakukan di satu tempat yang sama.

Pada akhirnya, kesulitan masyarakat dalam menghadapi hal ini menjadi kekhawatiran bagi perusahaan karena dapat memengaruhi tingkat produktivitas kerja yang disebabkan oleh kesehatan mental yang kurang baik.

Oleh karena itu, sejumlah perusahaan mulai menerapkan kebijakan Flexible Working Arrangements (FWA) atau pengaturan kerja fleksibel yang tidak mengharuskan karyawan untuk bekerja dari rumah, tetapi bisa dari mana saja dengan waktu kerja sesuai preferensi (Chung & van der Lippe, 2020).

Dengan adanya kebijakan ini, kondisi kesehatan mental karyawan diharapkan bisa menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

Perusahaan yang menerapkan kebijakan FWA memiliki daya tarik tersendiri bagi calon kandidat maupun karyawan yang sudah bekerja di perusahaan tersebut, terutama generasi milenial.

Sebesar 78 persen generasi milenial lebih memilih untuk bekerja dengan sistem FWA (TalentCorp dikutip dalam Rozlan & Subramaniam, 2020).

Kurangnya fleksibilitas kerja juga menjadi salah satu alasan utama bagi mereka untuk keluar dari pekerjaannya dalam dua tahun pertama dengan persentase sebesar 22 persen (The Deloitte Global Millennial Survey, 2019).

Alasan ini juga yang menyebabkan mereka memiliki keyakinan yang lebih besar untuk bekerja secara freelance.

Sistem FWA juga banyak diminati karena kebijakan ini memberikan perasaan otonomi dan kebebasan bagi karyawan yang menjalankannya (Beigi et al., 2018).

Preferensi kerja yang diminati generasi milenial sebagai tenaga kerja yang akan mendominasi di masa depan harus dijadikan perhatian khusus bagi perusahaan.

Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik antara generasi ini dan generasi sebelumnya bisa menjadi masalah yang dapat mengganggu jalannya bisnis perusahaan.

Jadi, apakah FWA benar-benar menguntungkan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com