Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Komitmen ANJ Hadapi Isu Lingkungan, dari Perubahan Iklim hingga Energi Terbarukan

Kompas.com - 22/04/2022, 08:00 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, industri kelapa sawit Indonesia menyumbang devisa terbesar dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan tenaga kerja.

Meski demikian, industri kelapa sawit juga memiliki dampak negatif. Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, pengembangan sektor kelapa sawit berdampak negatif bagi konservasi keanekaragaman hayati, hutan, termasuk flora fauna di dalamnya.

Menurutnya, dinamika itu akan semakin menguat bila pengusaha dan petani kelapa sawit tidak segera memperbaiki tata kelola dan cara pengolahan kebun.

"Ini karena hal tersebut sudah menjadi isu internasional yang terus dikembangkan oleh negara maju. Jadi, faktor lingkungan bukan hanya keberlanjutan, tapi juga persoalan apabila ada kebakaran, asap, dan seterusnya," katanya, dikutip dari Tribunbisnis.com, Rabu (21/10/2022).

Baca juga: Lewat Semangat Kartini, ANJ Dukung Kemandirian Perempuan Masa Kini

Menjawab tantangan tersebut, Presiden Joko Widodo pada April 2020 telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 44 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.

Dalam Perpres tersebut, pemerintah menyelenggarakan program sertifikasi Indonesia Sustainable Oil Plan (ISPO) untuk menggenjot pertumbuhan industri kelapa sawit sekaligus mengurangi masalah lingkungan yang timbul akibat industri ini.

Salah satu perusahaan sawit asal Indonesia, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) terus berkomitmen menjalankan pertanian berkelanjutan sesuai kaidah-kaidah ISPO, termasuk Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dalam skala internasional.

Sebagai contoh, ANJ menerapkan kebijakan pertumbuhan berkelanjutan dan konservasi sumber daya alam agar bisnis berjalanan beriringan dengan kelestarian lingkungan. Terlebih, usaha perkebunan, khususnya kelapa sawit, juga terdampak perubahan iklim.

Baca juga: Eco-Enzyme ANJ Bantu Penanggulangan Covid-19, PMI Berikan Apresiasi

Director of Engineering, Environment, Health, and Safety (EHS) and Security ANJ Group Mohammad Fitriyansyah menyebutkan, perubahan iklim bisa menimbulkan banjir akibat curah hujan yang tinggi, kebakaran akibat kemarau yang berkepanjangan, dan beberapa penyakit pada tanaman.

Dampak tersebut, kata dia, secara signifikan mempengaruhi produktivitas perkebunan ANJ dan meningkatkan biaya operasional perusahaan. Oleh karenanya, ANJ turut berfokus untuk mengurangi dan memitigasi dampak perubahan iklim.

“Kami pernah mengalami akhir tahun lalu (2021)  banjir di Sumatera Utara (Sumut). Pada 2015 dan 2019, kemarau berkepanjangan terjadi di kebun kami di Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar),” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (14/4/2022).

Oleh karenanya, ANJ turut menyiapkan kebijakan preventif dan mitigasi bencana kebakaran untuk menjalankan proses pertumbuhan berkelanjutan.

Baca juga: Produksi CPO ANJ Capai 262.683 Ton pada 2021

Terkait mitigasi, Fitriyansyah mencontohkan, ANJ melakukan monitoring lahan perkebunan dengan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra satelit, sehingga bila terdapat hotspot atau titik api, pihaknya langsung melaporkan kepada tim terkait untuk diperiksa keadaan sebetulnya di lapangan.

Tak hanya itu, ANJ juga mendukung pembentukan Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) dengan memberikan insentif dan bantuan peralatan untuk mengantisipasi atau menanggulangi kebakaran hutan.

Selain itu, ANJ menerapkan pula berbagai inovasi untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dengan memproduksi kompos, menggunakan penyerbuk alami, hingga mengolah limbah menjadi biogas untuk energi listrik dan pembuatan waduk penyimpanan air untuk penanggulangan kebakaran.

Fitriyansyah mencontohkan, guna memberantas hama di perkebunan, pihaknya menggunakan rantai makanan untuk menyeimbangkan ekosistem, seperti mengurangi hama tikus dengan memelihara burung hantu.

Baca juga: Inovasi Digital, Kunci Utama ANJ Tingkatkan Produktivitas Perusahaan

Dia mengatakan, penerapan berbagai upaya atau mitigasi bencana pada awalnya memang membuat biaya investasi tinggi. Namun, setelah kebijakan ini dijalankan, ternyata dapat menurunkan biaya operasional dan meningkatkan revenue perusahaan.

“Dalam membuat pengolahan kompos, kami kan harus mengeluarkan biaya. Dalam hal ini bangunan komposnya, bakterinya, lalu pengolahannya dengan alat berat. Namun, setelah berjalan kami lihat dari grafik, adanya produksi kompos ternyata membuat penggunaan pupuk kimia turun,” jelasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com