JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memastikan, aksi korporasi right issue yang direncanakan perseroan sebelumnya untuk digelar pada tahun ini batal dilaksanakan.
Keputusan itu diambil oleh bank dengan kode emiten BBNI tersebut dengan melihat kondisi permodalan perseroan yang masih mumpuni untuk mendukung rencana ekspansi bisnis tahun ini.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini melaporkan, dari sisi permodalan, sampai dengan Maret 2022, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BNI berada pada posisi 19,3 persen, naik 120 basis poin secara tahunan (year on year/yoy).
Baca juga: Kredit BNI Tembus Rp 591,7 Triliun, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi
Adapun rasio kecukupan modal inti atau tier 1 capital BNI mencapai 17,3 persen, sudah di atas ketentuan regulator, bahkan lebih tinggi dari posisi periode yang sama tahun lalu sebesar 16,82 persen.
"Kami melihat bahwa dengan kondisi permodalan sampai Maret 2022 ini sudah cukup baik dan mampu untuk mengantispasi pertumbuhan BNI yang akan datang, kami tidak akan lakukan right issue lagi. Right issue akan kami batalkan," tutur Novita, dalam konferensi pers virtual, Selasa (26/4/2022).
Selain itu, Novita menilai, dengan rasio profitabilitas BNI yang terus menunjukan tren positif, perseroan masih mampu melakukan penambahan modal secara organik.
Baca juga: BNI Targetkan Pertumbuhan Kredit Tahun Ini hingga 10 Persen
Asal tahu saja, pada periode tiga bulan pertama tahun ini BNI berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 3,96 triliun, tumbuh 63,2 persen secara yoy.
Pencapaian laba bersih tersebut dihasilkan dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang tumbuh 7,3 persen yoy menjadi Rp 8,5 triliun.
"Secara profitability, pertumbuhan BNI menunjukan tren yang positif, artinya penambahan modal secara organik dari profitability sangat bisa diharapkan dari tahun-tahun yang akan datang, di kuartal-kuartal ke depan, sehingga kami rasa kami tidak memerlukan right issue," tutur Novita.
Sebagai informasi, BNI mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 8,4 persen secara yoy pada kuartal I-2022, dengan rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) masih mendominasi dan terus meningkat menjadi 69,2 persen dari periode sama tahun lalu 67,9persen.
Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan Cost of Fund dari 1,74 persen pada akhir kuartal pertama 2021 menjadi 1,46 persen pada kuartal pertama 2022.
"Ruang untuk ekspansi pun masih terbuka. Ditunjukkan dari loan to deposit ratio yang berada pada 85,02 persen. Di sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada pada posisi 19,3 persen," ucap Novita.
Baca juga: Akuisisi Bank Mayora Rampung, BNI Gandeng Sea Limited untuk Kembangkan Bank Digital
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.