KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Karier versus Jabatan

Kompas.com - 30/04/2022, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“WAH, keren, dia sekarang sudah jadi manajer.” Begitu terkadang kita mendengar celoteh orang mengenai kesuksesan, terutama di kalangan generasi lawas. Selain itu, di tempat lain, ada kandidat yang urung menerima tawaran sebuah pekerjaan karena bukan berada pada posisi manajerial. Padahal, ia sendiri sebenarnya tertarik pada tantangan yang diberikan dan sadar bisa belajar banyak hal di sana.

Di sisi lain, perusahaan menyadari bahwa banyak orang mengejar “judul” jabatan sehingga mereka pun memberikan jabatan manajer dan direktur yang cukup banyak di perusahaan. Tanpa peduli apakah pemangku jabatan tersebut memang benar-benar bertanggung jawab dalam mengarahkan departemennya untuk berkembang atau tidak. Hal terpenting, orang bangga dengan jabatannya.

Banyak orang terjebak pada paradigma jabatan ini. Kita sering kali mengaitkan jabatan dengan uang, kekuasaan, dan posisi. Orang sering menyebutnya sebagai climbing the corporate ladder.

Tak jarang pula kita melihat seorang direktur, bahkan menteri sekalipun yang ketika lengser dari jabatannya merasa gamang, tidak tahu ke mana akan mengarahkan kariernya. Sampai-sampai ia hilang arah dan sulit meniti kembali kariernya justru karena posisi tinggi yang sudah pernah diemban.

Alhasil, jabatan yang diemban seolah menjadi seperti beban atau malahan tidak berarti dalam karier individu. Ini sesungguhnya sangat berbahaya.

Jadi, apa beda jabatan dan karier? Bagaimana agar kedua hal tersebut dapat berjalan sinkron?

Karier vs jabatan

Perbedaan utama antara karier dan jabatan adalah jabatan lebih kuat berkonotasi dengan uang, kekuasaan, atau fasilitas. Sementara, karier lebih berlandaskan suatu tujuan jangka panjang, yang kita tuju dan garap dalam keseharian kita.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Fokus pada jabatan menjadikan kita melakukan hitung-hitungan. Sementara, fokus pada karier memberi kita semangat untuk selalu belajar dan menambah keterampilan, lepas dari apa pun jabatan kita.

Dengan perkembangan teknologi, evolusi industri, dan disrupsi, banyak jabatan mengalami guncangan. Orang yang berfokus pada karier akan segera menelaah keterampilan yang dimiliki serta apa yang harus ia kembangkan dan pelajari lebih lanjut untuk dapat mengikuti perubahan tuntutan zaman.

Dengan kejelasan karier dan kemajuannya, upah atau gaji akan sekadar menjadi konsekuensi saja. Pasalnya, hal yang lebih penting dan membuat kita bersemangat adalah nilai kontribusi yang bisa kita buat.

Banyak hal yang dapat kita petik sebagai pembelajaran dalam apa pun pekerjaan kita. Bekerja sebagai petugas customer service, kita belajar menangani keluhan pelanggan. Sebagai resepsionis, kita belajar cara bertutur kata dan membuat orang baru merasa nyaman.

Karier bisa ditata oleh individu sesuai dengan passion-nya. Bisa saja ia berpendidikan akuntansi, tetapi ternyata lebih tertarik pada analisis data. Oleh karena itu, ia kemudian mengarahkan kariernya menjadi data analyst. Karier membuat kita tertantang setiap hari serta mendorong kita berlomba dengan diri sendiri untuk membuat pekerjaan menjadi lebih berarti.

Memanfaatkan jabatan demi karier

Dengan menduduki suatu posisi jabatan, kita memang memiliki kesempatan untuk melakukan networking. Kita dapat berkenalan dan berhubungan dengan orang-orang di luar divisi kita, juga dengan anggota stakeholder lainnya. Semua ini bisa saja menunjang karier kita.

Kita juga perlu memanfaatkan kesempatan untuk berhubungan dengan orang yang lebih senior dan bisa dijadikan mentor. Beruntung bila kita bisa mendapatkan mentor yang memiliki jalur karier tidak konservatif dan monoton.

Hal terpenting, apa pun tanggung jawab yang dimiliki, kita harus melakukannya dengan extra mile. Dengan demikian, kita menciptakan kesempatan-kesempatan baru bagi karier.
Mengembangkan pola pikir berkarier

Belajar dari orang-orang yang kehilangan arah kariernya, kita tentu ingin membayangkan karier secara jangka panjang. Pejabat yang memiliki masa jabatan tertentu perlu berpikir tentang kariernya daripada sekadar jabatan yang sedang diembannya.

Dengan demikian, ia akan berpikir jangka panjang dan memastikan kualitas mutu kerjanya. Ketika masa jabatannya selesai, ia pun dapat meninggalkan nama baik yang memiliki dampak positif bagi masa depan karier selanjutnya.

Kita juga belajar memahami bahwa perjalanan karier tidak dapat dikelola dalam waktu yang singkat. Pertumbuhan pasti membutuhkan waktu, melibatkan hubungan dengan orang lain, refleksi diri, diskusi-diskusi panjang, dan tentunya banyak pembelajaran.

Tidak lupa kita pun perlu mengembangkan tim dalam pengembangan karier kita karena kesuksesan tim adalah sukses karier kita juga. Ingat, ada dua hal yang perlu kita kembangkan dalam perjalanan karier kita. Keterampilan teknis yang secara langsung berkontribusi pada produktivitas kita di pekerjaan dan keterampilan nonteknis, seperti kepemimpinan, keluwesan berkomunikasi, sampai kemampuan mengatur dan mengembangkan anggota tim kita yang semuanya akan berperan penting dalam kemajuan karier kita.

Pada masa awal karier, keterampilan teknis akan sangat menentukan keberhasilan kita. Namun, semakin panjang perjalanan karier, kita akan melihat semakin penting keterampilan nonteknis tersebut bagi kesuksesan kita.

Dalam menjalani hari-hari penuh kesulitan, kita dapat mengingatkan diri bahwa kita memiliki tujuan yang lebih jauh daripada sekadar kenaikan pangkat atau upah. Dengan begitu, semangat untuk menaklukkan rintangan akan berkobar lagi.

Melalui pola pikir pengembangan karier ini, kita mencanangkan cita-cita yang lebih jauh, lebih luas, dan lebih panjang daripada tujuan jangka pendek kita di pekerjaan.

Ingat, karier adalah perjalanan. Jabatan yang sedang dipangku saat ini adalah jawaban karier untuk here and now. Jalur karier kita dan tim kita masih panjang. Bila kita berpikir jangka panjang serta mengerjakan tugas-tugas kita dengan pemikiran bahwa semuanya ini demi masa depan karier kita, kita tidak akan merasa bosan, letih, dan kecewa.

With a career, you focus much more on your professional journey and achieving your goals.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com