DI TENGAH nuansa libur Lebaran 2022 ini, kita tak bisa lepas dari beragam wacana yang digulirkan Elon Musk, orang terkuat di dunia menurut CNN BUSINESS karena menguasai tiga perusahaan raksasa berbasis teknologi dan bervisi masa depan umat manusia.
Dia tercatat sebagai CEO Tesla, perusahaan mobil paling berharga di dunia karena bakal menjadi pemain terdepan dalam mobil listrik dan otomatik.
Dia juga menjadi bos SpaceX, industri transportasi antariksa yang bakal menjadi terdepan dalam bisnis wisata aerospce bahkan mengkreasi komunitas di Mars sebagai mimpi besarnya.
Serta, paling akhir dan paling heboh, tatkala dia mengakuisisi Twitter senilai Rp 635 triliun. Sebagaimana kita tahu, Twitter merupakan salah satu raksasa jejaring sosial dunia selain Facebook alias Meta besutan Mark Zuckerberg.
Menarik mencermati lebih lanjut bagaimana persaingan impian dan ambisi kedua sosok ini di masa datang, akankah sungguh memajukan peradaban umat manusia ataukah memacu akumulasi kekayaan guna mengendalikan dunia?
Disrupsi digital dan segenap rangkaian proses transformasi digital yang menyertainya, telah membuka pandora ketidak-pastian (uncertainty) dan inilah musuh utama yang mesti dihadapi tanpa pandang bulu.
Ketidakpastian menjadi sumber kegelisahan banyak orang dan para pemimpin, bahkan merupakan ancaman nyata akan zona nyaman, kemapanan, termasuk sistem pendidikan yang selama ini menjadi sektor paling lebam dan ‘resisten’.
Dalam berhadapan dengan ketidakpastian ini, harapan (hope) menjadi variabel kunci sekaligus determinan utama khususnya bagi kaum muda (milenial).
Kaum muda yang penuh harapan dan terkoneksi secara digital adalah aset utama yang menginspirasi dalam mengakselerasi kreatifitas dan inovasi dalam komunitas.
Akan tetapi, di balik semua itu, pelan namun pasti tetaplah membuncah rangkaian kecemasan akan makin merajalelanya digital capitalism, platform capitalism hingga cognitive capitalism yang berpotensi besar mendominasi bahkan mengendalikan kehidupan kita.
Pada titik ini, ada baiknya terlebih dahulu kita pahami pemikiran Werner Sombart (1863–1941), seorang sosiolog dan ekonom Jerman, di mana pada tahun 1902 dia menerbitkan buku Der moderne Kapitalismus (Kapitalisme Modern).
Sombart mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem ekonomi didominasi oleh modal yang difokuskan pada perolehan uang dengan persaingan dan peningkatan produktivitas teknologi.
Ditandaskannya bahwa teknologi kapitalis harus menjamin tingkat produktivitas yang tinggi. Karakteristik teknologi sistem kapitalis juga harus paling siap untuk perbaikan dan kesempurnaan serta mengutamakan perbaikan teknis yang konstan adalah senjata penting di tangan pengusaha kapitalis, guna memperluas pasarnya dengan menawarkan barang-barang yang unggul dalam kualitas atau lebih rendah harganya.
Selain itu dia menekankan semangat dari kapitalisme yang didominasi oleh tiga ide: akuisisi, kompetisi, dan rasionalitas. Elon Musk tergolong khatam mengimplementasikan hal ini.
Selanjutnya, perlu juga kita pahami variasi pendekatan kapitalisme Hall dan Soskice (2001) didasarkan pada kelembagaan ekonomi politik.