Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Olahan Mangrove, Ririn Bisa Buka Lapangan Kerja

Kompas.com - 09/05/2022, 12:05 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Siapa yang tidak tau, tanaman mangrove. Tanaman hijau yang ditanam di habitat air payau untuk menghalau abrasi, nyatanya juga bisa dijadikan olehan pangan. Salah seorang pembudidaya tanaman mangrove di dekat pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) bernama Pudji Hariana menjalani usaha pangan olahan mangrove, yang kini mampu go international.

Wanita yang akrab disapa Ririn ini memulai usaha olahan tanaman mangrove bersama suaminya, Karjono sejak 5 tahun lalu. Berawal dari coba – coba, keduanya sukses menjadikan olahan mangrove sebagai mata pencarian yang menjanjikan, serta membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

“Banyak yang memandang sebelah mata mangrove. Hanya kenal sebagai kumpulan tumbuhan pencegah abrasi. Tapi ini bisa lho dibuat menjadi minuman segar dan olahan makanan lainnya,” kata Ririn dalam keterangannya dikutip Senin (9/5/2022).

Baca juga: Olahan Kentang Medians Tembus Pasar Amerika dan China

Keduanya berhasil mengolah buah mangrove yang sepintas mirip dengan apel hijau, sebagai sirup dan selai. Ririn bilang, mangrove jenis Bogem atau Sonneratia sangat cocok untuk diolah menjadi makanan dan minuman. Bukan hanya enak dan segar, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan.

“Awalnya coba-coba untuk dibuat minuman. Pada saat uji coba pertama, kami kaget. Ternyata segar sekali, ada rasa asam dan manisnya. Olahan mangrove, mengandung antioksidan juga. Bisa menghilangkan jerawat dan melancarkan haid,” ujar Ririn.

Mangrove memiliki kandungan vitamin C, D, dan E yang dapat mencukupi kebutuhan vitamin bagi tubuh. Menurut Ririn, rasa dari buah mangrove sangat cocok untuk diminum di Surabaya karena cuacanya yang panas.

Aroma khas mangrove langsung tersaji ketika dipadukan dengan es yang segar. Dengan sedikit kreasi, Ririn berhasil menaikkan level mangrove yang awalnya tidak begitu dilirik, kini menjadi salah satu buah tangan khas dari Kota Surabaya.

“Rasa yang dihasilkan dari buah mangrove menjadi perpaduan antara asam dan manis. Rasanya yang khas itu membuat pasar sirup mangrove bisa mencapai ke luar negeri. Selain memasok ke hotel dan perusahaan di Indonesia, kami juga kerap kali mengirimkan produk mangrove ke luar negeri,” jelas Ririn.

Setelah berhasil mengolah sirup, Ririn mencoba mengembangkan buah mangrove menjadi selai, sambal, sabun, permen, nira, dan sampo. Tidak sia-sia upaya Ririn dan suaminya, juga turut dinikmati warga sekitar Pamurbaya.

“Dari semua produk itu, sirup dan selai memang yang paling banyak diminati. Warga di sekitar Pamurbaya juga terlibat dalam pembuatan produk olahan mangrove ini. Para tetangganya ikut memproduksi sirup dan olahan mangrove,” sambungnya.

Sebagai buah musiman, tentunya mengolah mangrove bukan perkara mudah. Ririn harus memastikan ketercukupan stok buah, pengolahan yang cepat, dan bisa bertahan hingga setahun. Sehingga butuh ketepatan dalam proses mengolahnya.

Selama pandemi ini, Ririn mengakui usahanya mengalami penurunan pendapatan akibat daya beli masyarakat yang menurun serta berkurangnya wisatawan yang datang ke Kota Pahlawan. Namun dengan berjualan secara online, ia mampu bertahan dalam usahanya tersebut.

“Kami menyiasatinya dengan melancarkan penjualan secara online dan memanfaatkan media sosial,” jelasnya.

Untuk memulai usaha ini, Ririn bergabung dengan SETC atau Sampoerna Entrepreneurship Training Center. SETC merupakan komunitas pelatihan kewirausahaan bagi UMKM dalam beragam aspek, seperti pemasaran, pengembangan produk, pemanfaatan ekonomi digital, kemasan produk, hingga manajemen keuangan.

Melalui pelatihan kewirausahaan SETC, Ririn memperoleh edukasi, bantuan, hingga fasilitas pendukung dalam menjalani usahanya. Ia juga dibekali dengan pelatihan digital marketing untuk mendukung penjualan produk di kanal digital.

“Media sosial bagi kami masih baru. Apalagi nggak paham bagaimana caranya digital marketing, tapi di SETC, saya diajari banyak hal tentang penjualan di marketplace. Jadi olahan mangrove yang saya beri nama SUMANO bisa memiliki packaging yang bagus. Saya juga belajar untuk berjualan di marketplace,” ungkapnya.

Kini, dengan bekal yang cukup dari SETC, Ririn terus mengembangkan berbagai olahan produk mangrove. Bermula dari olahan mangrove yang hanya dijadikan sirup, kini dirinya sudah bisa membuat 17 olahan produk yang berbeda dan inovatif.

“Banyak menjadi olahan makanan dan produk oleh-oleh khas dari Surabaya, sampai pernah diajari cara packaging sambal mangrove di SETC. Apalagi Surabaya kan juga terkenal dengan sambal yang enak dan pedas,” jelasnya.

Baca juga: 4 Tips Meningkatkan Omzet Penjualan Menjelang Hari Raya Lebaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com