Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Investasi Jangka Panjang Tidak Perlu Sering Perhatikan Kondisi Pasar?

Kompas.com - 10/05/2022, 19:39 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktik investasi saat ini semakin banyak diketahui dan digeluti oleh masyarakat, seiring dengan semakin mudahnya mengakses informasi dan instrumen investasi di era digital.

Jika dilihat berdasarkan jangka waktunya, investasi sendiri setidaknya terbagi menjadi ke dalam tiga jenis, yakni jangka pendek, menengah, dan panjang.

Investasi jangka panjang menjadi salah satu praktik yang telah lama digemari masyarakat yang biasanya memiliki tujuan meraih kebebasan keuangan atau financial freedom pada masa depan.

Baca juga: Tips Investasi Saham ala Orang Terkaya di Dunia Elon Musk

Selain itu, praktik investasi jangka panjang juga kerap kali dikaitkan dengan risiko lebih kecil, karena potensi keuntungan dinilai akan terus meningkat dengan seiring waktu.

Perencana Keuangan Aline Wiratmaja menilai, investor yang memiliki paham investasi jangka panjang sebenarnya sudah tepat.

Namun demikian, seiring dengan berjalannya praktik investasi jangka panjang, investor dinilai perlu tetap mengikuti perkembangan perekonomian serta kondisi pasar secara menyeluruh.

"Menurut saya kita meskipun mindset kita investasi jangka panjang, kita perlu juga mengikuti perkembangan ekonomi, karena apa yang terjadi di global itu pasti akan berdampak ke instrumen investasi yang kita pilih," tutur dia, dalam video Kompas.com Generasi Cuan Episode 1, dikutip Selasa (10/5/2022).

"Meskipun punya mindset long term bagus sekali, rutin berinvestasi bagus sekali, tapi lebih baik lagi seiring dengan aset bertumbuh kita nya juga bertumbuh dari sisi pembelajaran dan juga pengetahuan kita soal isu-isu ekonomi," tambah dia.

Baca juga: Belajar dari Kasus Investasi Bodong, Ini yang Perlu Diperhatikan Jika Ingin Investasi Aset Kripto

Selain itu, calon investor juga disarankan untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar praktik investasi dan diminta untuk tidak terjun secara langsung dan sepenuhnya ke satu praktik invesatsi.

Dalam instrumen saham misalnya, meskipun banyak orang bilang saham akan terus meningkat setiap waktunya, pada kenyataannya pergerakan saham sangat volatil.

"Belum lagi ada risiko misal kita enggak merhatiin, asal masuk saham, tahu-tahu masuk ke perusahaan yang dipertanyakan bisnisnya," ujar dia.

Oleh karenanya, masyarakat diimbau untuk mempelajari instrumen yang diminati, bukan hanya potensi keuntungan yang didapat, tapi juga risikonya.

Selain itu, calon investor disarankan untuk tidak langsung menggelontorkan seluruh dana yang dimiliki ke dalam satu jenis instrumen investasi, dengan tujuan tidak mengganggu psikologis investor.

"Jadi kita untuk tahap-tahap awal untuk belajar memahami dulu polanya, karakteristiknya bagaimana, kita pakai uang yang totally habis ita sudah siap," ucap dia.

Baca juga: 5 Tips Manfaatkan Uang THR Lebaran untuk Investasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com