Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Koperasi Bakal Menyusut Dekade Mendatang, Sebuah Hipotesis

Kompas.com - 11/05/2022, 14:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA anekdot menarik yang dilempar peserta pada sarasehan koperasi yang saya hadiri bulan April lalu, “Apa indikator koperasi kredit kami sukses, adalah ketika CU kami tutup”.

Tentu saja hal itu disambut tawa peserta lain. Namun ia menjelaskan duduk masalahnya, bagaimana sekarang berbagai kebutuhan anggota relatif sudah terlayani.

Sebaran pinjaman cenderung menurun, sebaliknya simpanan anggota naik. Artinya kesejahteraan anggota meningkat. Di sisi lain, beban jasa yang ditanggung koperasi naik.

Boleh jadi itu anekdot sederhana, tapi ada benarnya bila kita hubungkan dengan tren demografi Indonesia saat ini.

Saya belum punya data pasti, saya taksir komposisi anggota koperasi saat ini 70 persen didominasi generasi X dan baby boomer. Hanya 30 persennya generasi Y dan sangat sedikit Z.

Tahun ini generasi X adalah orang dengan rentang usia 41-56 tahun, lalu baby boomer berusia 57-75 tahun. Kemudian generasi Y berusia 25-40 tahun dan Z di bawah dan sama dengan 24 tahun.

Lalu bagaimana anekdot di atas bisa terjadi?

Kebutuhan generasi

Bila Anda tergolong baby boomer, sebagian besar kebutuhan hidup Anda sudah tercukupi. Mulai dari sandang, pangan dan papan.

Saat ini Anda mulai memasuki masa pensiun. Anak-anak Anda sudah besar, memiliki pekerjaan, menikah dan punya anak. Artinya Anda sudah punya cucu.

Bila Anda masih bekerja, itu hanya sebagai aktivitas sambilan untuk mengisi waktu luang di masa pensiun.

Berbagai aspirasi dan kebutuhan boleh jadi 80 persen sudah terwujud. Daftar Anda kebutuhan menyusut.

Lalu bila Anda generasi X, saat ini Anda sudah memiliki pekerjaan tetap. Anda sudah memiliki keluarga, termasuk rumah.

Sebagian memiliki kendaraan mobil, sebagian roda dua. Anda mulai merencanakan juga berbagai produk keuangan yang relevan untuk masa depan: Simpanan Pendidikan, Simpanan Hari Tua, Asuransi dan sebagainya.

Bila Anda Muslim yang baik, Anda juga mulai merencanakan untuk naik haji, atau minimalnya umroh bersama pasangan.

Beda cerita bila Anda generasi Y atau milenial, sebagian Anda sedang menggeluti usaha atau fokus membangun karir.

Sebagian yang lain baru saja menikah atau belum sama sekali. Yang sudah menikah Anda mulai berpikir memiliki rumah dan menyekolahkan anak di SD atau SMP tertentu.

Pada pekerjaan, Anda sedang di posisi middle dan top management. Bila punya usaha, Anda sedang semangat sekali untuk ekspansi. Pada usia ini, Anda melakukan banyak investasi.

Sedang bagi Anda generasi Z, Anda baru lulus dan menjajaki dunia kerja. Sebagian yang lain masih di kampus dan sekolah.

Yang lain masih mencoba merintis usaha tertentu. Anda masih tinggal di rumah orangtua.

Anda mulai mengkredit kendaraan roda dua, mengganti ponsel yang bagus dan mungkin juga memiliki laptop sebagai perlengkapan kerja.

Tak ketinggalan Anda menikmati penghasilan mandiri dengan membeli beberapa setel pakaian. Anda sedang sangat bergairah untuk belanja.

Nah, tiap generasi di atas memiliki isu berbeda sesuai dengan fase kehidupannya. Anggaplah kita punya keranjang belanja, masing-masing generasi punya variasi dan kuantitas yang berbeda juga.

Bayangkan keranjang belanja Anda dalam kurva parabola terbalik, yang naik dan bertambah secara bertahap sesuai fase hidup.

Namun kemudian menurun pada fase tertentu, sebab sebagian besar barang belanjaan sudah dibeli.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com