JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak nyata. Tak hanya bagi kesehatan, namun juga bagi perekonomian dunia. Hal ini bisa dilihat dari lonjakan inflasi di masa pemulihan ekonomi.
Selain pandemi berkepanjangan, lonjakan inflasi juga terjadi karena faktor eksternal dan faktor internal. Beberapa faktor tersebut yakni gangguan rantai pasok (supply chain), dan tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina.
Perang Rusia-Ukraina membuat negara Barat memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia. Akibatnya, beberapa negara yang memiliki ketergantungan ekspor impor dengan Rusia turut anjlok di tengah permintaan yang meningkat.
Mengutip pengertian inflasi Bank Indonesia (BI), Kamis (12/5/2022), inflasi adalah tanda dari kenaikan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Baca juga: Pendemi Terkendali, Ekonomi Jabar Tumbuh Melebihi Nasional
Lantaran naiknya harga barang, tingginya inflasi akan menggerus daya beli masyarakat. Inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negatif pada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang sudah memiliki penghasilan pas-pasan, bahkan sebelum inflasi meningkat.
Dampak negatif lainnya akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat terus menurun. Akibatnya, standar hidup masyarakat menurun dan membuat warga miskin jatuh dalam jurang kemiskinan ekstrem.
Inflasi yang tinggi dan terus-menerus meningkat akan menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Tingkat dampak inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif, sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
Baca juga: Daftar 5 Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Paling Tinggi
Tingkat inflasi yang tinggi dan terus-menerus sudah terjadi di beberapa negara. Bukan hanya pandemi, ada beberapa faktor internal yang menyebabkan inflasi melonjak.
Di Turki misalnya, inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sudah meningkat hingga puluhan persen, salah satunya disebabkan oleh krisis ekonomi di negara tersebut. Inflasi di Turki menjadi yang tertinggi di dunia saat ini.
Sementara itu, Inflasi di Amerika Serikat naik 8,3 persen (yoy). Nilainya mendekati yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Kenaikan inflasi AS disebabkan oleh kenaikan harga barang kebutuhan konsumen. Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat meningkat 8,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 8,5 persen (yoy).
Sementara itu, inflasi inti AS sebesar 0,6 persen, naik dibandingkan periode Maret 2022 sebesar 6,2 persen. Adapun kontributor penyumbang inflasi AS diantaranya harga makanan, tempat tinggal, tiket pesawat, dan harga kendaraan
Baca juga: Inflasi AS Sentuh 8,3 Persen, Dekati Level Tertinggi dalam 40 Tahun
Dikutip dari Trading Economics, berikut ini 10 negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia:
1. Turki dengan tingkat inflasi 69,97 persen secara tahunan