GRESIK, KOMPAS.com - Pemerintah terus mengupayakan agar wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang ditemukan di Jawa Timur (Jatim) tak meluas, salah satunya dengan mencegah keluar-masuk hewan ternak dari luar daerah. Hal itu jadi pukulan telak bagi peternak sapi jelang Idul Adha 2022.
Selain khawatir wabah PMK meluas, peternak juga bersiap kehilangan pendapatan ratusan juta rupiah dari perdagangan hewan kurban jelang Idul Adha 2022.
Ahmad Astadi Priyanto (25), salah seorang peternak sapi yang ada di Desa Gredek, Kecamatan Duduksampeyan, Gresik, Jawa Timur, mengatakan, PMK yang melanda saat ini seperti pukulan telak bagi peternak.
Baca juga: RI Bebas PMK sejak 1990-an, Wabah Kembali Muncul Diduga gara-gara Impor Daging dan Ternak Meningkat
Ia menyayangkan wabah tersebut merebak saat tidak lama lagi bakal Hari Raya Idul Adha, di mana sapi akan banyak dicari orang untuk hewan kurban.
"Saya sekarang ada enam ekor sapi di kandang yang siap jual, dengan kapasitas kandang bisa sampai 10 ekor sapi. Ini saya sebenarnya niat mau kulakan (membeli/pengadaan), tapi saya batalkan seiring imbauan dari pemerintah," ujar Yayan, sapaan Ahmad Astadi Priyanto, yang ditemui Kompas.com saat sosialisasi wabah PMK di desanya, Kamis (12/5/2022).
Baca juga: Kementan Pastikan Stok Hewan Kurban Tak Terganggu Wabah PMK
Yayan mengaku, ternak sapi yang dilakukan oleh keluarganya sudah lama. Namun, tujuh tahun belakangan, Yayan dan keluarga menjalankan bisnis penggemukan sapi. Di mana Yayan membeli sapi dari luar desa atau bahkan luar kota, untuk dilakukan penggemukan dan dijual sebagai hewan kurban saat Idul Adha.
"Setiap Idul Adha saya biasa jualan sapi itu sampai dapat ratusan juta. Biasanya sembilan sampai 10 ekor, kalau satu ekor biasanya Rp 20 juta, tinggal dikalikan saja, Mas," ucap Yayan.
Baca juga: Soal Wabah PMK di Jatim, Kementan: Tingkat Kematian Rendah, Banyak Hewan Ternak Menuju Sehat...
Seiring dengan imbauan pemerintah untuk mencegah penularan PMK, Yayan pun saat ini menahan diri untuk tidak mendatangkan dan membeli sapi dari luar desa maupun luar kota.
"Kalau tahun-tahun sebelumnya saya biasa cari sapi di Balongpanggang hingga Tuban, terus sapi saya gemukkan dulu sebelum dijual. Tapi dengan ini (adanya PMK) ya mau bagaimana lagi, khawatir menular juga, sebab sekarang sudah ada enam sapi di kandang. Jadi saya tidak jadi kulakan sapi dulu," kata Yayan.
Baca juga: Mentan: Daging Ternak yang Kena PMK Masih Bisa Dimakan, Jeroan Tak Bisa Dikonsumsi
"Ada sapi pedhet saya itu sudah tiga hari nafsu makannya tidak seperti biasa, badannya terlihat lemas, namun tidak sampai berlendir mulutnya. Biar dilihat Pak Mantri dulu, kalau memang PMK semoga bisa kembali normal seperti sebelumnya. Tapi kalau nanti sampai mati meski sudah dirawat, ya mau bagaimana lagi," ucap Jaelani.
Sementara kepala Desa Gredek Bahrul Ghofar menambahkan, pihaknya sendiri sudah merencanakan agenda bisnis penggemukan sapi untuk di pasarkan sebagai hewan kurban saat Idul Adha, dengan dikelola BUMDes. Namun, rencana ini urung dilakukan dalam waktu dekat, mengingat PMK yang melanda Gresik dan beberapa kota/kabupaten sekitar.
"Kami memang sudah ada rencana itu, dengan dikelola oleh BUMDes, untuk meningkatkan kesejahteraan warga di sini. Namun, kami tangguhkan dulu, karena sekarang masih ramai PMK, padahal kandang sudah jadi tinggal di tempati," tutur Bahrul.
Bahrul menambahkan, upaya penangguhan yang dilakukan oleh pihaknya sekaligus juga sebagai contoh kepada para peternak yang ada di Desa Gredek mengikuti imbauan, untuk tidak mendatangkan dan mengirim sapi terlebih dahulu sebagai upaya membatasi penyebaran PMK di Gresik.
Sementara Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengatakan, pihaknya sedang memformulasikan adanya bantuan kepada peternak terdampak PMK. Salah satunya, berencana memakai dana Belanja Tak Terduga (BTT) sebagai bantuan kepada peternak.
"Kita akan rumuskan Perbup dulu. PMK ini masuk kategori wabah, maka kita bisa alokasikan BTT untuk penanganan. Mungkin penggantian kerugian sapi sakit akan kita berikan, nilainya masih kita rancang. Estimasi Rp 10 jutaan," kata Yani kepada awak media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.