Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Terra LUNA, Sempat Masuk Jajaran "Market Cap" Tertinggi Pasar Kripto, Kini Tak Bernilai

Kompas.com - 14/05/2022, 09:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Belakangan ini dengan penurunan pasar kripto, salah satu coin yang sempat masuk dalam daftar top 10 market cap, Terra (LUNA) sekitar sepekan terakhir harganya bergejolak dan jatuh tak bernilai lagi.

Pada pagi ini Sabtu (14/5/2022), LUNA diperdagangkan di level 0,00015 dollar AS atau turun hampir 100 persen dengan market cap 872 juta dollar AS, berdasarkan data Coinmarketcap. Penurunan LUNA ini juga terjadi berbarengan dengan stabelcoin TerraUSD atau UST yang jauh di bawah 1 dollar AS.

Baca juga: Bitcoin Terus Melemah ke Level Rp 370 Juta, Terendah dalam 16 Bulan, Cek Harga Kripto Hari Ini

Padahal, golongan stablecoin merupakan jenis mata uang kripto yang dibuat untuk menawarkan harga yang stabil terhadap dollar AS. UST, seharusnya dipatok 1:1 dengan dollar AS, namun UST telah kehilangan arah sejak Jumat dan, diperdagangkan sekitar 12 sen, menurut data dari CoinGecko.

Matinya usaha stablecoin Terra telah mengakibatkan gejolak di pasar kripto, dan menghapus senilai miliaran dollar AS dalam satu hari atau turun 15 persen dalam sepekan. Investor banyak melakukan aksi jual usai stablecoin UST jatuh di bawah 1 dollar AS dalam beberapa jam.

Baca juga: Terra LUNA Jatuh, Harganya Tak Sampai Nol Rupiah

Sebagai informasi, UST dan LUNA memiliki hubungan yang erat berdasarkan alogaritma. UST merupakan stablecoin algoritmik yang berarti bahwa 1 dollar AS, diatur oleh kode yang mendasarinya.

Secara fundamental UST berbeda dengan stablecoin lain seperti Tether dan USDC yang didukung oleh aset dunia nyata seperti obligasi. UST tidak memiliki cadangan dunia nyata. Algoritma UST bekerja melalui sistem kompleks pencetakan dan pembakaran token untuk menjaga stabilitas harga.

Baca juga: Mengenal Do Kwon, Sosok di Balik Terra Luna yang Disebut Elizabeth Holmes-nya Kripto

Token UST dibuat dengan memecah beberapa mata uang kripto LUNA untuk mempertahankan niali 1 dollar AS. Tetapi volatilitas pasar yang ekstrem telah menguji UST dan UST tidak mampu mempertahankan nilainya.

Penurunan ekstrem ini juga mendorong sistem blockchain Terra yang menopang UST dan LUNA berhenti memproses transaksi dua kali dalam waktu kurang dari 24 jam. Sementara itu platform kripto Binance, menghapus sementara UST dan LUNA pada perdagangan Jumat.

“Sementara perusahaan selalu bertujuan untuk netral, dan itu akan melanggar aturan itu kali ini,” kata CEO Binance Changpeng Zhao seperti dkutip dari CNBC.

Baca juga: Apa Itu Terra Luna Coin, Mengapa Harganya Anjlok dari Jutaan hingga Tinggal Rp 87?

Namun, beberapa waktu setelah membuat pengumuman, perdagangan UST dan LUNA telah dilanjutkan di Binance. Itu juga terjadi setelah Terra mengumumkan akan melanjutkan verifikasi transaksi baru di blockchain, tetapi tidak lagi mengizinkan transfer langsung melalui jaringan.

Dalam beberapa hari terakhir, pasar kripto telah dilanda sejumlah hambatan lain termasuk inflasi yang lebih tinggi dan kenaikan suku bunga yang telah menyebabkan aksi jual di pasar saham global yang telah disaring. Pergerakan harga aset kripto telah berkorelasi dengan pasar saham.

“Situasi Luna dan UST telah memukul kepercayaan pasar. Secara keseluruhan sebagian besar aset kripto turun lebih dari 50 persen. Menggabungkan ini dengan inflasi global dan ketakutan pertumbuhan, bukan pertanda baik secara umum untuk kripto,” kata Vijay Ayyar, wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di bursa kripto Luno.

Sebagai informasi, dalam tiga bulan terakhir LUNA sempat menyentuh posisi tertinggi di level 120 dollar AS pada awal April lalu dengan kapitalisasi pasar mencapai 40 miliar dollar AS. Penurunan LUNA dan UST terjadi sejak awal Mei 2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com