Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadin Ungkap Potensi Krisis Pangan Global akibat Konflik Rusia dan Ukraina

Kompas.com - 15/05/2022, 10:10 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti potensi krisis global pasca-pandemi Covid-19 akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina.

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, konflik Rusia dan Ukraina tak hanya bisa menyebabkan krisis global, tetapi juga dapat memunculkan krisis pangan global.

"Hal ini merupakan ancaman yang lebih berat bagi dunia saat ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/5/2022).

Menurut Arsjad, kelangkaan beberapa komoditas bahan pangan seperti kedelai dan gandum, berkurangnya pasokan dan produksi bahan pangan di beberapa negara akibat kemarau panjang, ditambah dengan kelangkaan pasokan minyak akibat perang, menyebabkan inflasi global.

"(Inflasi global) ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara umum," kata dia.

Baca juga: Berapa Gaji Youtuber dengan 1.000 Subscriber?

Dia melanjutkan, inflasi yang tinggi dapat melemahkan daya beli masyarakat, terutama masyarakat yang kurang mampu.

Selain itu, inflasi yang tinggi juga berpotensi menyebabkan krisis sosial, terjadi resiko peningkatan angka kemiskinan dan kesenjangan sosial yang semakin melebar.

Seperti diketahui, proteksi bahan pangan masing-masing negara sudah mulai dilakukan, tidak ada lagi slogan pro-ekspor untuk bahan pangan.

Langkah Kadin

1. Berkordinasi dengan pemerintah

Menurutnya, fenomena tersebut dikhawatirkan akan berdampak sistemik baik berupa krisis sosial maupun politik. Untuk itu dia terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk antisipasi krisis pangan global.

"Kadin Indonesia akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam upaya pencegahan dan meminimalisir krisis pangan, sehingga tidak berdampak menjadi krisis sosial, yang kemudian bisa menjadi krisis politik dalam negeri," tegasnya.

Koordinasi ini, lanjut dia, dilakukan terutama dalam penguatan ketahanan pangan Indonesia terutama di sektor pertanian.

Baca juga: Cuci Gudang, Bea Cukai Lelang 32 Mobil secara Online

2. Membuat program pendampingan UMKM

Salah satunya dengan membuat program pendampingan UMKM dengan skema close loop yang ditujukan untuk membina para petani, serta menciptakan kerja sama antara perusahaan besar maupun kecil dengan para petani di Indonesia.

Dia berharap program iklusif close loop ini dapat meningkatkan ketangguhan petani di Indonesia di tengah tantangan inflasi dan perubahan iklim.

Meskipun dampak inflasi di Indonesia relatif kecil dibanding dengan inflasi global dan di negara lain, Indonesia harus bersiap diri dan mengantisipasi terhadap imbas inflasi global.

"Dibutuhkan gotong royong, dialog sosial dan kerjasama antara berbagai pihak termasuk pemerintah, pelaku usaha, buruh untuk menghadapi tantangan krisis ini," ucapnya.

3. Mengajak negara anggota G20 agar ikut berpartisipasi

Selain itu, menurutnya, kerjasama antar negara juga sangat penting. Indonesia dalam hal ini memegang peran yang kritikal dalam mempererat kerjasama ekonomi internasional ini, terutama melalui presidensi G20 2022.

Baca juga: Harga Kripto Anjlok, Investor Harus Bagaimana?

Kadin Indonesia sebagai penyelenggara Business Forum B20, mengajak seluruh negara anggota G20 untuk ikut dalam dialog perumusan solusi pemulihan dan penguatan ekonomi global.

Tidak hanya itu, Indonesia melalui B20 tahun ini berkomitmen untuk memerangi pandemi dan ekonomi krisis ini melalui hasil kerja yang konkret dan nyata melalui investasi dan proyek kerjasama lainnya di bidang transisi energi, infrastruktur kesehatan, digital dan inklusif ekonomi.

4. Menjalin kedekatan dengan Amerika Serikat

Dia mengatakan, Kadin Indonesia juga menyambut baik adanya Indo-Pacific Agreement untuk menjalin kedekatan antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

Walaupun hingga saat ini masih belum ada keterangan secara pasti terkait isi persetujuan tersebut.

Namun menurutnya, Indonesia harus mempersiapkan segala kemungkinan dan memanfaatkannya sebagai kerjasama dalam menunjang pembangunan ekonomi. Terutama untuk perluasan akses pasar, peningkatan perdagangan, dan investasi.

Baca juga: Jumlah Kecelakaan Turun Saat Mudik Lebaran, tapi Pembayaran Santunan Jasa Raharja Naik

Menurutnya, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi katalisator pemulihan ekonomi global. Terutama dalam memajukan negara-negara berkembang di tengah krisis global yang sedang dihadapi dunia.

Dia menjelaskan, KTT ASEAN-AS menghasilkan sinergi yang baik antara Indonesia dan AS. Setidaknya dari pembicaraan yang dibahas dalam KTT ASEAN-AS, banyak perusahaan besar maupun UMKM AS yang tertarik serta berkomitmen untuk melakukan ekspansi dan realisasi bisnis di Indonesia. AS juga memberikan berkomitmen senilai 150 juta dollar AS untuk pengembangan di ASEAN.

"Transisi energi, kesehatan dan ekonomi digital juga banyak didiskusikan. Bagaimana dengan transfer teknologi yang dilakukan, sudah ada beberapa perusahaan yang sudah masuk dan akan masuk untuk membangun data senter, dll. Minat investasi juga dibicarakan di sektor pertambangan yang ada di Indonesia, misalnya nikel. Lalu investasi di industri obat-obatan hingga baterai," jelasnya.

Baca juga: Prediksi Erick Thohir: RI Jadi Negara Ekonomi Terbesar Keempat di 2045

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com