Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Quantitative Easing, Taper Tantrum dan Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 18/05/2022, 12:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI AWAL masa pemerintahannya, Obama mendapati bahwa Paket TARP (Trouble Asset Releif Program) senilai 700 miliar dollar AS di penghujung masa pemerintahan George W Bush belum juga menampakan hasil yang produktif.

Kredit perbankan, interbank lending, dan perdagangan surat utang, masih "freezed."

Tak pelak, ekonomi Amerika masih sulit bergerak kala itu, di tengah angka pengangguran yang membengkak sampai 10 persen dan sekitar 5 juta orang kehilangan rumahnya.

Belum lagi bayang-bayang kebangkrutan yang akan dialami Ford dan General Electric (GE).

Di Gedung Putih, ditemani Larry Summer, Timothy Geithner (eks president The Fed New York yang diangkat Obama sebagai Secretary of Treasury), dengan naluri perbankannya menjelaskan kepada Obama situasinya.

Bahwa, ekosistem finansial Amerika masih sangat labil dan rentan. Harus diambil langkah-langkah kongkret.

Kalau tidak, bukan saja Amerika yang terkena imbas, tapi juga Dunia, mengingat ada puluhan ribu kontrak investasi di AIG, Merril Lynch, Fannie Mae, Freedy Mac, dan lainya, dengan institusi keuangan di puluhan negara lain.

Dengan kata lain, kalau ekosistem keuangan Amerika benar-benar collapse, bukan saja Amerika yang akan tersungkur. Sistem keuangan di banyak negara akan terseret di belakangnya.

Sebagaimana diceritakan ulang oleh Tim Geithner di dalam Biografinya "Stress Test: Reflections on Financial Crises (Maret 2015)," tak butuh waktu lama bagi Obama untuk memahami situasi yang dijelaskannya.

Obama mengatakan dengan tegas, “We need to rip the Band-Aid off. I want to do this right, and get it over with.”

Tim membalasnya, “We do have to rip the Band-Aid off. But we have to make sure we don’t break the financial system.”

Obama kurang paham maksud Tim. Kemudian Larry Summer yang waktu itu jadi anggota National Economic Council Presiden Obama, memperjelas maksud Timothy.

“What Tim means is, we can’t afford a plan that shatters a fragile system, destroys confidence, and causes the stock market to crash," kata Larry Tim lalu menjelaskan sedari pandangan dasar bahwa perbankan dan bank bisa hidup dari kepercayaan.

Itulah mengapa dulu sering disebut dengan "Trust Fund." Jika kepercayaan tidak dijaga, maka depositor akan menarik dana secara masal.

Lalu perbankan akan selesai dan Amerika akan semakin terpuruk di dalam krisis. Dengan kata kain, menurut Tim, pemerintahan Obama harus berdiri di belakang perbankan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com