Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Quantitative Easing, Taper Tantrum dan Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 18/05/2022, 12:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Akhirnya Obama paham. Tapi Gedung Putih juga harus tegas dalam menghukum para banker dan spekulan tak bertanggung jawab di Wall Street, kata Obama. Tim menyepakati.

Kemudian Obama meminta Tim kembali lagi besoknya, sembari membawa rencana mitigasi yang jelas dan komprehensif.

Urusan persetujuan kongres dan tetek bengek politik, biar saya yang bereskan, kata Obama.

“Leave the politics to me,” katannya.

Keesokan harinya, Tim datang dengan ajuan tambahan dana 420 miliar dollar AS lagi (akhirnya menjadi 787 miliar dollar AS).

Tim dan Ben Bernanke, plus Larry (Lawrence) Summer, akan kembali memasang bantalan dana untuk Wall Street.

Bahkan bahasa sederhananya, mereka akan melanjutkan nasionalisasi bank-bank besar untuk sementara waktu.

Tak pelak, Amerika sontak semakin ribut. Joseph Stiglitz yang waktu itu masih di Bank Dunia, mengatakan bahwa Tim lebih memilih Wall Street ketimbang Main Street.

Sementara Larry Kudlow, yang kemudian menjadi orang kepercayaan Donald Trump di bidang ekonomi, menyerang Tim habis-habisan. Tapi IMF mendukung penuh rencana Timothy.

Sayangnya, rencana Timothy tak berjalan lancar. Pasar kredit masih lesu, pinjaman antarbank dan pasar obligasi belum juga mencair.

Perbankan, perusahaan private investment dan private equity, hedged fund, perusahaan asuransi, dan lembaga pensiun masih takut dan menahan selera transaksinya.

Risikonya, suku bunga di pasaran tetap tinggi. The Fed sebagai otoritas moneter federal Amerika sudah menggunakan instrumen suku bunga (FFR/Fed Fund Rate) dengan pendekatan "Zero Lower Bound" (ZLB), yakni neutral interest rate alias suku bunga nol.

Tapi pasar masih statis. Walhasil, liquiditas tak banyak yang mengalir ke sektor riil.

Pertanyaanya, bagaimana cara membuat pasar keuangan mengikuti acuan suku bunga baru, zero interest, sementara suku bunga yang berlaku masih sangat tinggi, sekitar rata-rata 3-4 persen.

Maka lahirlah instrumen moneter non konvensional yang kita kenal hari ini dengan Quantutative Easing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com