JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor pada bulan April 2022 mencapai 27,32 miliar dollar AS. Nilai ini naik sebesar 3,11 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan naik 47,76 persen (yoy).
Nilai ekspor ini terus meningkat sejak Januari 2022. Pada Januari, pertumbuhannya sebesar 25,37 persen, kemudian naik 34,19 persen pada Februari, 44,37 persen pada Maret, dan 47,76 persen pada April 2022.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu memproyeksi, nilai ekspor pada bulan-bulan selanjutnya berpotensi terus tinggi.
“Potensi penguatan nilai ekspor masih akan terus tinggi seiring tren positif harga komoditas di pasar global yang diperkirakan masih berlanjut ke depannya," kata Febrio dalam siaran pers, Rabu (18/5/2022).
Baca juga: PMI Manufaktur RI Tembus 51,9, Kemenkeu: Bisa Dukung Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II
Febrio menuturkan, tingginya ekspor di bulan depan juga terus diimbangi dengan baik oleh pertumbuhan ekspor nonmigas yang konsisten kuat.
"Ini bukti nyata perbaikan struktur ekonomi yang fundamental. Pemerintah akan terus berupaya agar perbaikan berkesinambungan,” ucap dia.
Menurut Febrio, kualitas ekspor Indonesia juga terus terlihat. Hal tersebut ditopang oleh ekspor sektor manufaktur sebagai komponen penyumbang tertinggi ekspor nonmigas. Pertumbuhan eskpor di sektor itu mencapai 27,92 persen (yoy).
Baca juga: Jika Larangan Ekspor CPO Berlanjut, Surplus Perdagangan Bisa Susut
Tercatat, sektor manufaktur adalah sektor yang memiliki nilai tambah tinggi dalam perekonomian, terutama dari sisi penciptaan lapangan kerja. Perbaikan sektor ini terpantau sejalan dengan penyerapan tenaga kerja pada Februari 2022.
"Arah kebijakan pemerintah akan terus menggalakkan ekspor yang bernilai tambah tinggi dengan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Beberapa contoh produk tersebut adalah besi, baja dan feronikel sebagai olahan mineral kini mulai menopang ekspor," tutur Febrio.
Baca juga: Neraca Dagang RI Surplus 24 Bulan Berturut-turut
Sementara itu, impor yang mencapai 19,76 miliar dollar AS atau tumbuh sebesar 21,97 persen (yoy) menandakan konsumsi masyarakat mulai pulih. Di sisi lain, tumbuhnya impor mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas industri di dalam negeri.
Lebih lanjut Febrio bilang, surplus neraca perdagangan yang tinggi pada bulan April 2022 akan berdampak positif bagi PDB Indonesia di kuartal II 2022.
"(Surplus) juga turut menopang stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan risiko global sehingga menjadi bantalan stabilitas ekonomi Indonesia. Bila dibandingkan dengan tahun 2021, maka arah penguatan tahun 2022 diperkirakan jauh lebih baik," tandas Febrio.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.