Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Masker Pasar Pramuka: Dulu Sehari Bisa Jual Berkarton-karton, Kini 10 Boks Saja Sudah Lumayan...

Kompas.com - 19/05/2022, 17:13 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan alat kesehatan guna penanganan Covid-19 terus mengalami penurunan tren.

Salah satu yang paling krusial, misalnya masker juga sedang dalam tren penjualan yang melandai.

Berdasarkan pantauan Kompas.com di Pasar Pramuka, Palmeriam, Jakarta Timur sudah tidak banyak lagi kotak masker yang dipajang di depan toko-toko. Porsinya kini berbagi rata dengan jenis alat kesehatan yang lain.

Selain itu, kondisi pasar terbilang sepi dan tidak banyak orang yang datang berbelanja.

Segendang sepenarian, para penjual juga mengaku omzet yang dihasilkan dari penjualan masker kian tipis.

Baca juga: Tren Belanja Kuartal I-2022, Tokopedia: Masker Kesehatan Laris Manis

Salah satu pendagang Fani (35) mengaku hanya dapat menjual dua hingga tiga boks (kardus) saja per hari. "Terasa turun sekali mulai Mei ini," kata Fani kepada Kompas.com, Kamis (19/5/2022).

Ia menceritakan, pada saat awal Covid-19 penjualan masker di tempatnya dapat mencapai 100 karton dalam satu bulan. Sedikit catatan, satu karton dapat berisi 40 kardus masker.

Suatu kali, ia bilang dalam satu hari banyak orang yang pergi ke Pasar Pramuka untuk memborong masker berkarton-karton.

Baca juga: Luhut: Kita Akan Hidup dengan Masker untuk Bertahun-tahun ke Depan...

Namun begitu, angka penjualan tersebut hanya bertahan sampai tahun 2021 saja dan terus menurun sejalan dengan landainya kasus Covid-19 di Indonesia.

"Sudah turun tidak seperti pertama kalo Covid-19, saat itu penjualan lumayan, bisa melewati target penjualan masker. Sekarang tidak seperti pertama kali, turun banget," ujar Fani. 

Sementara sekarang, dalam sehari penjualan masker di tempatnya hanya berkisar antara 2 hingga 10 kardus saja per harinya.

"Sekarang bisa 10 (boks) saja sudah lumayan banget. Kemarin saja cuma tiga boks," ujar dia.

Baca juga: Indonesia Ekspor Masker dan APD Lainnya Senilai Rp 2,9 Triliun Sepanjang 2020

Warga mulai beralih cari alat kesehatan lain

Memasuki tahun 2022 ini, Fani menyebut setiap bulan hanya menargetkan untuk menghabiskan satu karton saja. Atau, dengan kata lain sekitar 40 kardus (boks) setiap bulannya.

"Sekarang pasar sudah kembali seperti tahun sebelum Covid-19, yang dicari lebih ke strip cek darah, alat tensi, dan sarung tangan," terang dia.

Sedangkan untuk harga masker sekarang dapat dikatakan kembali ke harga normalnya. Satu kardus makser dapat ditebus dengan harga mulai Rp 17.000 hingga ratusan ribu rupiah untuk jenama tertentu.

Baca juga: Pandemi, Pengusaha Kaos Kaki Banting Setir Jualan Masker

Jual masker secara "online"

Pedagang yang lain, Dara (22) juga merasakan penurunan penjualan harga sejak awal tahun. Namun demikian, ia tidak dapat memberikan angka pastinya.

"Kalau bulan-bulan ini masih sama, rata-rata tahun ini sama. Tapi kalau dibandingkan dengan tahun lalu, jumlahnya berbeda, lebih tinggi tahun lalu," jelas Dara.

Baca juga: Banyak Masker Palsu Beredar, Lakukan Ini Agar Tidak Tertipu Saat Beli

Ia menjelaskan, saat ini penjualan di tokonya sudah mulai beralih ke sistem online. Sehingga, dari jumlah pengunjung yang datang ke tokonya memang berkurang karena bergeser ke online.

Sementara, ia berkata selain masker orang juga datang untuk mencari alat kesehatan lain, misalnya nebulizer.

"Itu entah untuk penanganan Covid-19 atau untuk apa kami tidak dapat pastikan, karena biasanya memang untuk orang tua," jelas dia.

Baca juga: Diduga Menimbun Masker, Pedagang di Pasar Pramuka Diamankan Polisi

Penjualan turun 50 persen

Pedagang lain, Remin (30) juga merasakan adanya penurunan penjulan masker sebanyak 50 persen jika dibandingkan penjualannya tahun lalu. Ia menjelaskan, sejak awal tahun penjualan hanya rata-rata saja.

"Ada penurunan 50 persen lebih kalau dibandingkan tahun lalu. Harga masker sekarang sudah turun, tapi merk Sensi masih stabil harganya," terang dia.

Baca juga: Cerita Perajin Kain Jumputan yang Banting Setir dari Bikin Baju sampai Jual Masker

 

"Saya sudah lansia, ada komorbid, akan tetap beli masker..."

Sementara itu, seorang pengunjung Arief Gunawan (69) mengaku akan tetap menggunakan dan membeli masker untuk kebutuhan sehari-hari.

Ia bilang akan tetap menggunakan masker, meskipun presiden telah memberikan izin pelonggaran penggunaan masker di ruang terbuka.

"Saya masih tetap sama saja. Perlu pakai masker karena saya sudah lansia, lebih lagi ada komorbid. Jadi saya akan tetap beli dan pakai (masker) meskipun di luar ruangan," imbuh Arief.

Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan pelonggaran aturan memakai masker untuk masyarakat.

Menurut Presiden, pelonggaran ini sebagai tindak lanjut atas kondisi penanganan pandemi Covid-19 yang semakin membaik.

"Pertama, pemerintah memutuskan melonggarkan kebijakan memakai masker. Jika masyarakat sedang beraktivitas di tempat atau area terbuka yang tidak ada orang, maka diperbolehkan tidak memakai masker," jelasnya.

Masih wajib masker di ruangan tertutup

Namun, untuk kegiatan di ruangan tertutup dan di alat transportasi, Jokowi menegaskan bahwa masyarakat tetap harus memakai masker.

Selain itu, Kepala Negara menekankan, pemakaian maker tetap disarankan kepada masyarakat lanjut usia (lansia), penderita komorbid (penyakit penyerta), serta kepada mereka yang mengalami gejala batuk dan pilek.

"Demikian juga masyarakat yang mengalami gejala batuk pilek dan lain-lain, tetap gunakan masker saat beraktivitas," tambah Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com