Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Penyebab Banjir Rob Semarang, Pemerintah Sebut karena Ketinggian Pasang Air Laut Ekstrem

Kompas.com - 24/05/2022, 13:04 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan penyebab banjir rob di sebagian wilayah Jawa Tengah utara seperti di Kota Semarang, Kota/Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Demak, karena tingginya muka air laut yang mencapai +210 sentimeter Mdpl (meter di atas permukaan laut).

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan, ketinggian pasang air laut tersebut cukup ekstrem dibandingkan pasang surut 5 tahun terakhir.

"(Tahun 2017-2021) dengan muka air pasang tertinggi pada kisaran +180 cm mdpl," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (24/5/2022).

Baca juga: IHSG dan Rupiah Kompak Menguat pada Penutupan Sesi I Perdagangan

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi mengatakan, banjir rob yang terjadi pada hari ini, khususnya di Kota Semarang bukan diakibatkan oleh kerusakan infrastruktur tanggul rob yang tengah dibangun, melainkan akibat tingginya air laut pasang.

Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang mencatat, data hidrologi pasang surut tinggi muka air laut pada pukul 15.00 WIB mencapai +210 cm Mdpl.

"Alhamdulillah sejak tadi malam pukul 22.00 WIB, ketinggian air pada level +162 cm dpl dan sudah menunjukkan tren menurun," ujar Adek.

Berdasarkan data sementara BBWS Pemali Juana, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, dampak banjir rob mengakibatkan tergenangnya Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang sekitar 30-150 sentimeter.

Sungai Meduri yang melintas di Kabupaten/Kota Pekalongan juga meluap hingga menggenangi beberapa permukiman warga dan jalan di Desa Tegal Dowo, Pasir Sari, Karang Jompo, Pacar, Samborejo, Meduri, Pulosari, dan Mulyorejo.

Baca juga: Tol Semarang-Demak Diyakini Bisa Cegah Banjir Rob

Banjir rob Pantai Utara Jawa juga berdampak di sebagian wilayah Kabupaten Demak hingga ketinggian 30-100 sentimeter seperti Jalan Raya Pantura-Demak dan permukiman warga di Pondok Raden Patah.

Adek mengatakan upaya penanganan darurat telah dilakukan Kementerian PUPR di daerah. Salah satunya dengan menginventarisasi tanggul yang limpas dan apabila ada yang jebol selanjutnya dipasang geobag atau jumbo bag sebagai tanggul sementara yang kuat menahan air.

"Kita juga telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten untuk rencana penanganan darurat serta melakukan pendataan kawasan terdampak, sekaligus mempersiapkan sarana pengendali banjir seperti pompa air dan bahan banjiran," ucap Adek.

Dalam upaya penanganan banjir rob di Pantai Utara Jawa, Kementerian PUPR secara bertahap melakukan pembangunan infrastruktur pengendali banjir mulai dari hulu hingga hilir di sekitar Kota Semarang.

Infrastruktur tersebut di antaranya pembangunan Bendungan Jatibarang untuk penanganan hulu dan pembangunan kanal banjir, normalisasi sungai, tanggul rob, stasiun pompa, kolam retensi, termasuk Bendung Gerak di Kanal Banjir Barat (KBB) untuk penanganan hilir.

Sedangkan untuk menahan limpasan rob juga telah dibangun tanggul rob yang membentang sepanjang 2,17 km dari Kampus Universitas Islam Sultan Agung, melingkari kawasan industri Terboyo hingga Kali Sringin.

Selain itu, pemerintah juga sedang melakukan pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak sepanjang 27 km yang direncanakan terintegrasi dengan tanggul laut.

Baca juga: Pelantikan Dewan Komisioner OJK 2022-2027 Ditunda, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com