Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GOTO Masih Catatkan Rugi, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 30/05/2022, 19:50 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) hingga kuartal I tahun 2022, masih mencatatkan rugi. Andre Soelistyo, CEO Grup GoTo mengatakan, rugi bersih perseroan sepanjang pada kuartal I meningkat dari Rp 1,96 triliun menjadi Rp 6,6 triliun.

Rugi bersih kami meningkat dari Rp 1,96 triliun menjadi Rp 6,6 triliun, karena laporan keuangan GOTO dan anak perusahaannya disajikan tanpa Tokopedia. Ini karena penggabungan Gojek dan Tokopedia, selesai dilakukan pada Mei 2021,” kata Andre secara virtual, Senin (30/5/2022).

Berdasarkan laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2021 rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 21,39 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya Rp 14,2 triliun.

Baca juga: Sepanjang Kuartal I 2022, Pendapatan GOTO Tumbuh 53 Persen Jadi Rp 5,2 Triliun

Rugi bersih juga diakibatkan oleh lonjakan beban, mencakup beban pokok pendapatan yang naik menjadi Rp 3,7 triliun dari sebelumnya Rp 2,4 triliun. Kemudian, beban penjualan dan pemasaran menjadi Rp 8,9 triliun dibanding sebelumnya Rp 2,5 triliun.

Kemudian, beban umum administrasi juga melonjak menjadi Rp 7,7 triliun, sementara sebelumnya sebesar Rp 3,9 triliun. Beban pengembangan produk juga naik menjadi Rp 2,4 triliun, dari sebelumnya Rp 2,03 triliun.

Sementara itu, beban penyusutan dan amortisasi juga naik Rp 2,4 triliun dari tahun 2020 sebesar Rp 1,2 triliun. Demikian juga dengan beban operasional dan pendukung yang bertambah menjadi Rp 1,5 triliun dari tahun 2020, sebesar Rp 1,3 triliun.

Baca juga: Menilik Kronologi Investasi Telkom di GOTO, Masih Cuan...

Sementara itu, sepanjang tahun 2021 pendapatan bruto GoTo tumbuh 45 persen yoy mencapai Rp 17,1 triliun dari Rp 11,85 triliun, sementara pendapatan bersih naik 9 persen menjadi Rp 5,30 triliun dari Rp 4,82 triliun.

GTV perusahaan juga naik 40 persen menjadi Rp 461,60 triliun, dibandingkan dengan Rp 330,18 triliun di 2020. Sementara itu, EBITDA yang disesuaikan turun 14 basis poin menjadi Rp 5,4 triliun dibandingkan dengan kuartal IV tahun 2021, sebesar Rp 6,2 triliun.

Angka GTV ini setara dengan 2,72 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2021 sebesar Rp 16.970,8 triliun sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS). EBITDA juga mencerminkan adanya tren penurunan kerugian berkat upaya monetisasi perusahaan yang lebih baik serta optimalisasi biaya pengeluaran.

Andre merinci, dari jumlah GTV ini, kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp 50,31 triliun di 2021, naik 25,21 persen dari Rp 40,18 triliun, e-commerce senilai Rp 230,59 triliun, tumbuh 45,82 persen dari Rp 158,13 trliiun, dan financial technology (fintech) sebanyak Rp 214,91 triliun, melesat 80 persen dari sebelumnya Rp 119,52 triliun.

“Dengan skala bisnis kami secara bersama-sama, kami akan terus memenuhi komitmen dalam meningkatkan inklusi keuangan dalam kawasan yang terus bertumbuh ini dengan potensi pertumbuhannya yang masih dapat diraih,” tambah Andre.

Baca juga: Soal Investasi BUMN di GoTo, Nusron Wahid: Harus Dilihat Jangka Panjang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com