Tapi kini Taiwan sudah memiliki buku sejarah sendiri, yang menggambarkan bahwa Taiwan secara historis dan budaya layak diakui sebagai entitas tersendiri di luar identitas China Mainland atau Jepang.
Dan Taiwan menjadikan nilai-nilai baru tersebut sebagai pembungkus pembangunan ekonominya yang penampakannya juga berbeda dengan Shanghai atau Tokyo.
Hal yang sama berlaku pula dengan Jerman, Perancis, Amerika, atau China, misalnya, untuk menyebut beberapa di antaranya.
"Rasa" saat di London berbeda dengan "rasa" saat di Berlin, di Paris, di New York, atau di Shanghai.
Bahkan China sudah membangun lebih dari 3000 museum sepanjang 20 tahun terakhir sampai-sampai dijuluki oleh rakyatnya sebagai “negara museum.”
Sementara di internal negara-negara tersebut, juga terasa variasi budayanya. Meskipun di kota-kota tersebut juga terdapat cafe-cafe atau makanan siap saji bermerek sama, misalnya Starbuck, KFC, Mc Donald, atau gerai-gerai pakaian bermerek global.
Rasa di New York berbeda dengan di Chicago, apalagi dengan di Miami, California, atau Los Angles, karena negara-negara bagian tersebut juga berkembang berdasarkan identitas regionalnya.
Atau antara Berlin, Frankfur, dan Munic. Atau antara Tokyo, Osaka, dan Kyoto. Atau pula antara England, Wales, dan North Ireland. Dan seterusnya.
Tapi rasanya agak kurang didapat di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, atau Kota Padang, misalnya.
Kota-kota tersebut berkembang dalam spirit ekonomi yang sama, tapi belum terlalu menonjol sokongan budayanya. Semuanya masih "rasa" Starbuck dan McD di bawah atap Mall Transmart, misalnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.