Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lockdown China Mulai Dibuka, Wall Street Menguat

Kompas.com - 07/06/2022, 06:51 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Senin (6/6/2022) waktu setempat.

Meghijaunya Bursa Saham New York ini seiring munculnya kabar bahwa Beijing mulai membuka lockdown.

Nasdaq Komposit menguat 0,4 persen, dan S&P 500 naik 0,31 persen. Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga menguat 16,08 poin, atau 0,05 persen.

Mengutip CNBC, sentimen investor mendapat dorongan setelah Beijing membatalkan beberapa pembatasan terkait Covid-19.

Baca juga: MPMX Lepas 50 Persen Saham MPMRent ke Perusahaan Mobil Bekas di Singapura

Sementara itu, The Wall Street Journal melaporkan, regulator China sedang menyelesaikan penyelidikan mereka terhadap raksasa ride-hailing Didi, yang dikabarkan melanggar aturan keamanan data konsumen.

Saham Didi yang tercatat di China menguat 1 persen, dan di Hong Kong naik 2 persen. Sementara di bursa AS melonjak 24 persen. Sementara itu saham JD.com dan Pinduoduo masing-masing bertambah 6,5 persen dan 5,6 persen.

Tom Essaye dari Sevens Report mengatakan, perkembangan yang terjadi di China dapat mendorong sentimen positif investor, tentang prospek ekonomi AS dan Eropa.

“China dibuka kembali dan mudah-mudahan ekonomi akan beroperasi dengan kapasitas penuh dalam sebulan. Itu akan menambah pengaruh besar pada ekonomi global, dan mungkin yang paling penting, mengurangi tekanan rantai pasokan,” kata Tom mengutip CNBC.

Sentimen positif dari China juga meningkatkan keuntungan saham kasino, seperti saham Wynn Resorts yang naik hampir 2,5 persen. Demikian juga dengan produk panel surya Enphase Energy yang melonjak lebih dari 5 persen.

Di awal pekan, saham Amazon naik hampir 2 persen, setelah melakukan stock split atau pemecahan saham 20:1. Sementara itu, Amgen dan Salesforce masing-masing turun lebih dari 1 persen.

Di sisi lain, sentimen kekahwatiran bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga terlalu cepat dan terlalu banyak, akan menyebabkan resesi masih membayangi pergerakan indeks. Pernyataan terbaru dari pembuat kebijakan Federal Reserve menunjukkan rencana kenaikan 50 basis poin pada pertemuan Juni dan Juli.

Sementara itu, imbal hasil Treasury AS 10 tahun mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan karena investor menjual obligasi. Meskipun langkah tersebut tampaknya menjatuhkan saham dari level tertingginya, hal itu tidak menyebabkan penurunan besar dalam ekuitas seperti yang terjadi pada awal tahun ini.

“Meskipun suku bunga naik adalah sesuatu yang tidak disukai investor ekuitas, dan kita akan melihat suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Pertanyaannya adalah apakah pasar obligasi telah menetapkan harga yang tinggi untuk itu,” kata Wayne Wicker, kepala investasi di MissionSquare Retirement.

Baca juga: Bagaimana Cara Investasi di Saham Syariah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com