Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandiaga: Borobudur Lebih dari Sekadar Destinasi, Ini Peradaban yang Perlu Dilestarikan

Kompas.com - 07/06/2022, 07:42 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Periwisata dan Ekonomi Kreatif Sanidaga Uno angkat suara terkait rencana harga tiket naik ke Candi Borobudur Rp 750.000.  Menurut dia, terdapat beberapa alasan rencana penetapan harga tiket naik ke Candi Borobudur menjadi Rp 750.000.

“Candi Borobudur ini berusia sekitar 1.200 tahun, dan sangat terdampak karena kunjungan wisatawan yang sangat banyak. Hal itu menimbulkan keausan ekosistem dari bangunannya itu sendiri. Borobudur ini lebih dari sekadar destinasi, tetapi peradaban kita yang perlu dilestarikan, termasuk batu yang dalam setahun terakhir mengalami keausan yang drastis,” kata Sandiaga dalam acara Weekly Press Briefing secara virtual, Senin (6/6/2022)..

Sandiaga mengatakan, hingga saat ini pemerintah melalui lintas kementerian/ lembaga terkait masih terus melakukan kordinasi, pengembangan, termasuk kawasan destinasi Candi Borobudur.

Baca juga: Sandiaga Uno Akhirnya Buka Suara soal Pelemik Tiket Masuk Borobudur

Dia menyebutkan, untuk melestarikan Candi Borobudur, kapasitas kunjungan juga harus dibatasi guna meminimalkan kerusakan lingkungan salah satu warisan dunia tersebut.

“Candi Borobudur ini juga daya dukungnya terbatas. Per hari perlu dibatasi, dan hanya bisa dikunjungi oleh 1.200 orang. Pendekatan ini bukan pendekatan komersial sama sekali, ini merupakan upaya memastikan Borobudur sebagai destinasi atau situs yang harus kita jaga, demi pariwisata berkelanjutan,” ucap dia.

Sandiaga memaparkan, angka kapasitas 1.200 pengunjung telah dihitung berulang kali untuk memastikan daya tampung candi untuk meminimalkan terjadinya keausan batu.

Ia juga memastikan, hal ini bukan berarti wisatawan yang berkunjung melakukan perusakan. Hanya saja, upaya ini dilakukan semata untuk melestarikan budaya tanah air.

“Bukan artinya wisatawan itu merusak. Tidak. Kekhawatiran ini akan kita formulasikan karena tentunya kita tidak ingin mendiskriminasi dari para umat beragama, khususnya umat Budha yang ingin mengakses Candi Borobudur ini,” tegas dia.

Sandiaga pun menegaskan rencana pemberlakuan harga tiket naik Candi Borobudur sebesar Rp 750.000 tersebut masih dalam kajian.

“Berkaitan dengan harga ini masih dalam kajian, disandingkan dengan beberapa masukan yang nantinya akan memfinalisasikan harga tiket. Seperti kata Pak Luhut, masukan ini juga memberikan pengayaan terhadap diskusi dan pembahasan mengenai berapa harga yang dibebankan kepada wisatawan,” kata dia.

Baca juga: Agar Tak Salah Paham soal HTM Candi Borobudur, Tiket Masuk Masih Rp 50.000, Tiket Naik ke Stupa Rp 750.000

Museum 3D

Pada kesempatan itu Sanidaga Uno juga mengungkapkan rencana untuk membangun museum 3D di kawasan Candi Borobudur. Museum 3D ini diharapkan bisa membawa pengalaman berwisata di era baru.

“Kita akan berikan pendekatan, invoasi, serta mengahdirkan museum 3D, sehingga walaupun dibatasi, kunjungan wisatawan, pengalaman, dan kenangan wisata di Borobudur semakin terangkat dengan sitem reservasi online, dan pengalaman pemandu wisata dengan sertifikasi kompetensi dan pendekatan lintas kementrian,” kata Sandiaga.

Sandiaga juga mengungkapkan, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang mulai membaik seiring menggeliatnya ekonomi, jumlah wisatawan mancanegara mulai berdatangan. Namun, jumlahnya masih dibawah 10 persen dari total kunjungan.

Saat peringatan hari Waisak di Borobudur, ada banyak reservasi, baik dari hunian, hotel, peminjaman mobil, yang diharapkan mampu mendorong kebangkitan pariwisata Borobudur. Dia mengatakan, untuk umat Budha sendiri, ibadah yang dilakukan adalah di pelataran menghadap candi, dan bukan di dalam bangunan candi.

Baca juga: Naik Borobudur Bayar Rp 750.000 Dikritik, Pengelola: Kalau Cuma Foto-foto, di Bawah Saja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com