JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun 2022.
Lembaga internasional itu memprediksi ekonomi RI pada tahun 2022 hanya tumbuh 4,7 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Proyeksi ini lebih kecil dari perkiraan sebelumnya di akhir tahun lalu yang mencapai 5,2 persen (yoy).
Berdasarkan laporan, penurunan proyeksi disebabkan oleh tingkat inflasi dan konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang mendisrupsi suplai dunia.
Baca juga: IHSG Diperkirakan Melemah di Akhir Pekan, Simak Rekomendasi Sahamnya
Indonesia mengimpor bahan pangan seperti gandum dari Ukraina. Sebagian besar energi pun diimpor dari luar negeri.
"Kenaikan inflasi, meredam daya beli konsumen dan permintaan barang tahan lama. Itu menyebabkan kesenjangan output akan tetap besar," tulis OECD dalam laporannya, Jumat (10/6/2022).
Selain di sisi suplai, pariwisata di dalam negeri bisa berdampak akibat konflik tersebut. Sebab, wisatawan mancanegara dari Rusia turut menyumbang sebagian besar wisatawan yang berlibur dan berbisnis di Indonesia.
Hal ini menyebabkan pendapatan masyarakat menurun. OECD memproyeksi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2022 sebesar 5,3 persen (yoy).
Namun, nilainya bisa lebih tinggi dari tahun 2021 yang sebesar 2 persen (yoy). Untuk komponen penyumbang PDB lainnya diprediksi akan tumbuh kecuali konsumsi pemerintah.
"Investasi akan tumbuh 3,8 persen (yoy), ekspor tumbuh 1 persen (yoy), dan konsumsi pemerintah terkontraksi 6,3 persen (yoy)," sebut OECD.
Baca juga: Akibat Perang Rusia-Ukraina, OECD Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Hanya 3 Persen
Kemudian, ekspor dan impor juga diprediksi tumbuh dobel digit pada tahun ini, yakni masing-masing 13,1 persen dan 11 persen. Secara garis besar, OECD menilai ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibanding tahun lalu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.