Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Letak Stasiun KA di Indonesia Kerap Sangat Berdekatan?

Kompas.com - 12/06/2022, 08:47 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Bagi mereka yang kerap menggunakan transportasi kereta api, tentunya sudah tak asing lagi dengan nama-nama stasiun di kota yang dilewatinya.

Namun, pernahkah menyadari bahwa di beberapa daerah, letak antar-stasiun kereta api sangat berdekatan, bahkan ada yang tak sampai 2 kilometer jaraknya dengan stasiun terdekat.

Di Kota Surakarta atau Solo misalnya, ada tiga stasiun dengan lokasi berdekatan, yakni Stasiun Balapan, Stasiun Jebres, dan Stasiun Purwosari.

Stasiun-stasiun lain yang lokasinya sangat berdekatan antara lain Stasiun Prujakan-Stasiun Kejaksan (Cirebon), Stasiun Tawang-Stasiun Poncol (Semarang), dan Stasiun Lempuyangan - Stasiun Tugu (Yogyakarta).

Baca juga: 7 Kota di Indonesia yang Dibangun Penjajah Belanda dari Nol

Mengapa lokasi stasiun kereta api di Indonesia di beberapa tempat sangat berdekatan?

Semua stasiun yang berdekatan tersebut pada dasarnya bukan dibangun PT KAI, melainkan oleh perusahaan-perusahaan perkeretaapian di era kolonial Hindia Belanda.

Alasan beberapa stasiun kereta sangat berdekatan adalah karena setiap stasiun tersebut dibangun dan dimiliki oleh perusahaan yang berbeda. Seperti diketahui, di era Hindia Belanda, bisnis angkutan kereta tidak dimonopoli satu perusahaan sebagaimana saat sekarang.

Dikutip dari laman KAI, setidaknya ada 13 perusahaan perkeretapian yang mengelola seluruh jaringan kereta api di Hindia Belanda yang relnya tersebar di Jawa, Sumatera, dan Madura.

Baca juga: PG Colomadu, Simbol Kekayaan Raja Jawa-Pengusaha Pribumi era Kolonial

Setiap perusahaan perkeretaapian di era Kolonial Belanda umumnya membangun jaringan relnya sendiri, termasuk sarana prasarana pendukungnya seperti stasiun.

Dengan kata lain, letak antar-stasiun kereta berada di lokasi berdekatan karena dibangun dan dioperasikan oleh perusahaan yang berbeda.

Sebagai contoh, Stasiun Semarang Poncol yang selesai dibangun pada 1911 dimiliki oleh perusahaan kereta api Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).

Sementara itu, Stasiun Semarang Tawang yang bertetangga dengan Stasiun Semarang Poncol dibangun pada tahun 1914 oleh perusahaan perkeretaapian lainnya Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Baca juga: Apakah Indonesia Mendapat Ganti Rugi dari Jepang yang Pernah Menjajah?

Hal yang sama juga berlaku untuk Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta) yang dioperasikan oleh perusahaan kereta api milik negara Staatsspoorwegen (SS), sedangkan Stasiun Tugu dimiliki oleh swasta yakni Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Semua aset perekeretaapian Belanda dinasionalisasi

Perlu diketahui, setelah Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, semua aset kereta api di Indonesia dikelola oleh Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta Api).

Baru pada tahun 1946 atau setelah Indonesia merdeka, Rikuyu Sokyoku kemudian diubah menjadi Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) melalui Maklumat Kementerian Perhubungan No. 1/KA Tahun 1946.

DKARI ini yang kemudian jadi cikal bakal terbentuknya BUMN PT KAI. Semua aset perkeretaapian pun kemudian berada di bawah PT KAI, baik jaringan rel kereta maupun bangunan stasiunnya.

Baca juga: KKN Selimuti Garuda Indonesia pada Era Orba

Sebagai perusahaan yang melakukan monopoli kereta api, stasiun yang saling berdekatan itu kemudian tetap difungsikan untuk melayani naik turun penumpang yang dibedakan dengan rute maupun kelas kereta yang berbeda.

Seperti Stasiun Cirebon atau Kejaksan yang banyak diperuntukkan kereta eksekutif dan bisnis, sedangkan Stasiun Prujakan lebih banyak dipakai untuk pemberhentian kereta kelas ekonomi.

Sejarah kereta api Hindia Belanda

Pemerintah Kolonial Belanda membangun jaringan rel kereta api sepanjang lebih dari 7.400 km di Jawa dan Sumatera yang dimulai sejak 1875.

Namun, pasca-kemerdekaan, banyak jalur rel kereta api yang sudah terbangun ini tidak beroperasi alias mati. Beberapa jalur bahkan kini sudah tak berbekas sama sekali.

Baca juga: Seberapa Kaya VOC hingga Jadi Cikal Bakal Penjajahan Belanda?

Sebagian besar jalur kereta api warisan Hindia Belanda dinonaktifkan di era Orde Baru. Pembangunan jalur kereta api di Indonesia dimulai sejak Gubernur Jenderal Baron Sloet Van Den Beele.

Pembangunan rel kereta pertama dilakukan oleh perusahaan transportasi Belanda Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM).

Jalur pertama yang dibangun saat itu yakni Kemijen di Semarang menuju Desa Tanggung di Kabupaten Grobogan. Yang kemudian dilanjutkan dengan menghubungkan Semarang dengan Surakarta pada 1870. Tercatat, sampai 1939, Belanda saat itu sudah membangun 6.811 km di Jawa dan Sumatera.

Sementara itu, dikutip dari laman Heritage KAI, Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang.

Baca juga: Berapa Utang Warisan Belanda yang Disinggung Sri Mulyani?

Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api, seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM).

Lalu Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), dan Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).

Sementara itu, di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.

Baca juga: Bukan BI atau BNI, Ini Bank Pertama yang Didirikan di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com