JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi masyarakat Jakarta penumpang bus pasti sudah akrab dengan layanan TransJakarta. Artikel ini akan mengulas sejarah TransJakarta yang sudah jadi salah satu transportasi andalan masyarakat Jakarta selama 18 tahun.
Sebenarnya, ide pembangunan proyek Bus Rapid Transit (BRT) ini sudah muncul sejak tahun 2001. Namun, realisasinya baru dapat dilakukan 3 tahun setelahnya.
Saat diluncurkan, TransJakarta merupakan suatu sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan.
Baca juga: Aturan Baru Jokowi: Direksi Wajib Tanggung Jawab jika BUMN Rugi
Dilansir dari laman resminya, sistem BRT ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio di Bogota, Kolombia.
Saat itu, TransJakarta diklaim memiliki jalur lintasan terpanjang di dunia dengan 208 kilometer.
Transjakarta sendiri resmi menjadi transportasi publik di DKI Jakarta sejak 1 Februari 2004. Pada saat itu, kehadiran bus ini menjadi solusi dan mengubah wajah transportasi umum di Ibu Kota.
TransJakarta koridor I rute Blok M-Kota sepanjang 12,9 kilometer pertama kali diluncurkan pada tanggal 15 Januari 2004. Koridor ini sekaligus menjadi koridor tertua yang dimiliki TransJakarta.
Transjakarta diluncurkan melalui restu dari Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso. Saat itu, ia berharap TransJakarta dapat mengatasi kemacetan di pusat pemerintahan ini.
Baca juga: Sebelum Uji Coba Kelas Rawat Inap Standar, BPJS Kesehatan Usulkan 2 Kriteria Tambahan
Institute for Transportastion & Development Policy (ITDP) ditunjuk menjadi pihak yang mengiringi proses perencanaan proyek ini.
Pada awal kemunculannya, bus Transjakarta dikelola oleh Badan Pengelola Transjakarta Busway. BP Transjakarta Busway merupakan badan non-struktural yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 110 Tahun 2003.
Pengelolaan bus Transjakarta berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta sejak 4 Mei 2006. UPT ini bernaung di bawah Dinas Perhubungan DKI Jakarta sesuai Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006.
Pengelolaan bus Transjakarta kemudian diserahkan ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bernama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) pada 27 Maret 2014.
Transjakarta juga bekerja sama dengan operator bus reguler mulai tahun 2011. PT Transjakarta terus berupaya memperbaiki layanannya dengan mengganti bus-bus reyot dengan armada baru.
Baca juga: Resmi, Tarif Listrik Pelanggan 3.500 VA ke Atas Naik Mulai 1 Juli 2022
Dalam pengoperasiannya, TransJakarta didukung beberapa perusahaan operator yang mengelola armada. Adapun, operator bus tersebut adalah PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM), PT Primajasa Perdanaraya Utama (PP), PT Jakarta Mega Trans (JMT), PT Eka Sari Lorena (LRN), PT Bianglala Metropolitan (BMP), PT Trans Mayapada Busway (TMB), Perum DAMRI (DMR/DAMRI), Kopaja, Mayasari Bakti, dan Perum PPD.
TransJakarta memiliki sekurang-kurangnya 7 jenis bus yang dioperasikan. Jenis bus yang dapat ditemui di jalan antara lain adalah articulate bus, low entry bus, double decker bus, maxi bus, single bus, medium bus, dan mikrotrans.
Sampai tahun 2020, TransJakarta diketahui mengoperasikan total sebanyak 4.079 bus. Adapun, sebanyak 3.203 bus merupakan milik operator dan sebanyak 876 bus merupakan swakelola.
TransJakarta diketahui memiliki 13 koridor yang beroperasi hingga saat ini. Total, TransJakarta memiliki sekitar 200 jumlah halte.
Berdasarkan infografis dari TransJakarta terdapat 3 koridor terpadat layanan TransJakarta yakni koridor 1 (Blok M, Kota), koridor 9 (Pinang Ranti - Pluit), dan koridor 8 (Lebak Bulus - Harmoni).
Di awal kemunculannya pada Februari 2004, tarif TransJakarta dipatok seharga Rp 2.000 saja.
Seiring berjalannya waktu, Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada tahun 2012 memutuskan untuk menaikkan tarif TransJakarta menjadi Rp 3.500. Harga ini belum mengalami perubahan hingga saat ini.
Kemudian, sejak tahun 2013 sistem tiket pada halte TransJakarta menggunakan kartu elektronik sebagai pengganti uang tunai. Penerapan ini dilakukan bertahap hingga akhirnya pada 22 Februari 2015 pembayaran dengan akrtu elektronik ini berlaku di seluruh koridor Transjakarta.
Baca juga: Jokowi Resmi Naikkan Tarif Listrik Orang Kaya
Pada tahun 2016, TransJakarta resmi mengoperasikan bus khusus wanita yang berwarna pink. Peluncurannya dilakukan dalam rangka memperingati Hari Kartini pada tanggal 21 April.
Tak hanya bus khusus wanita, TransJakarta juga membuka lowongan untuk sopir bus wanita.
Sejak 2020, TransJakarta juga mulai menerima pembayaran tiket melalui QR Code dari penyedia dompet elektronik. Namun, saat ini pemabayaran baru dapat dilakukan menggunakan dompet elektornik LinkAja dan AstraPay.
Teranyar, Trans Jakarta diketahui mulai mengoperasikan bus listrik. Kehadiran bus ini merupakan inisiatif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas udara ibu kota hingga target untuk mencapat Nett Zero Emmision.
Penumpang dapat mencoba layanan baru bus listrik ini pada rute 1N (Tanah Abang-Blok M) dan 1P (Senen-Blok M).
Baca juga: Resmi, Tarif Listrik Pelanggan 3.500 VA ke Atas Naik Mulai 1 Juli 2022
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.