TBA kemudian dibagi-bagi lagi menurut layanan maskapai penerbangan, yaitu maskapai full service, medium dan no frill (tanpa layanan). Sedangkan TBB mengikuti TBA, yaitu 35 persen dari masing-masing TBA.
Maskapai full service dapat menerapkan harga tiket sampai 100 persen dari TBA, medium service 90 persen dari TBA dan no frill 85 persen dari TBA.
Dengan adanya TBA dan TBB inilah yang membuat maskapai dapat menjual tiket yang berbeda antarpenumpang, antarjam atau antarhari pada rute yang sama.
Penjualan tiket itu nantinya akan dilakukan berdasarkan strategi pemasaran masing-masing maskapai.
Adanya tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB) juga merupakan kompromi antara kepentingan maskapai penerbangan dan daya beli masyarakat atau penumpang.
Artinya maskapai dapat membuat strategi dalam pengaturan penjualan tiket sehingga tetap mendapatkan keuntungan dan tidak ditinggalkan oleh penumpang.
Pada masa-masa sepi atau low season, maskapai bisa saja menjual harga tiket mendekati TBB atau tiket murah.
Sedangkan di masa ramai atau peak season, maskapai bisa menjual harga tiket di tarif batas atas.
Selain itu, maskapai juga dapat menjalankan strategi penjualan tiket saat ada kondisi tertentu seperti misalnya harga avtur yang melonjak tinggi akibat dari perang Rusia dengan Ukraina yang terjadi saat ini.
Dalam masa peak season seperti musim Lebaran serta Natal dan Tahun Baru sebenarnya maskapai juga mempunyai dilema dalam penjualan tiket. Hal ini karena tidak semua penerbangan selalu dipenuhi penumpang.
Sebagai contoh untuk penerbangan berangkat Jakarta-Surabaya akan dipenuhi penumpang. Namun pada saat penerbangan kembali dari Surabaya- Jakarta, penumpang bisa berkurang jauh bahkan sampai 50 persen.
Padahal biaya yang dikeluarkan untuk terbang berangkat dan kembali itu sama saja.
Memang tidak mudah mengelola sebuah maskapai, sekaligus mengelola keinginan masyarakat secara seimbang.
Agar penerbangan tetap dapat berjalan dengan lancar, ada baiknya agar antar maskapai penerbangan meninggalkan perang harga tiket dan mulai melakukan persaingan dalam hal pelayanan.
Dengan pelayanan yang baik, masyarakat akan dapat layanan jasa transportasi yang sesuai dengan kemampuannya.
Maskapai akan mendapat pendapatan yang bagus. Dan bahkan akan dapat keuntungan bila penumpangnya menjadi loyal terhadap maskapai tersebut.
Sedangkan pemerintah tentu akan mendapatkan imbas dari transportasi udara yang lancar, yaitu berupa pertumbuhan perekonomian nasional karena adanya konektivitas transportasi yang lancar dan terjaga kontinyu.
Begitu pentingnya penerbangan bagi Indonesia, maka mari bersama-sama menjaga penerbangan nasional kita!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.