Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Ketergantungan Dollar AS, Pengusaha Diminta Manfaatkan LCS

Kompas.com - 16/06/2022, 06:36 WIB
Reni Susanti,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com - Perusahaan ekspor impor di Indonesia yang memanfaatkan Local Currency Settlement (LCS) masih minim. Padahal LCS bisa memangkas biaya operasional dan mengurangi ketergantungan Dollar AS.

Kepala Bank Indonesia (BI) Jawa Barat Herawanto mengatakan, transaksi ekspor dan impor di Jabar mencapai 3,4 miliar dolar AS per April 2022. Namun transaksi LCS baru 912.000 dollar AS.

"Padahal fasilitas ini membantu pengusaha memangkas biaya operasional," ujar Herawanto dalam West Java Industrial Meeting (WJIM) 2022 di Bandung, Rabu (15/6/2022).

Baca juga: Tembus Rp 36,2 Triliun, Transaksi LCS Ditarget Tumbuh 10 Persen Tahun Ini

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti mengungkapkan, hingga 2021 terdapat 1.500 perusahaan yang memanfaatkan LCS. Dari jumlah itu, 450 di antaranya dari Jabar.

Bila dikonversikan, penggunaan LCS tahun ini hingga April 2022 lebih dari 1 miliar dollar AS, meningkat dibanding 2021 sebesar 2,53 miliar dollar AS dan 2019 hanya 797 juta dollar AS.

"Sejak diberlakukan pada 2018 penggunaan LCS meningkat signifikan. Namun angka tersebut masih kecil dibanding jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan LCS," tutur dia.

Ketergantung Dollar AS

Baca juga: Tekan Penggunaan Dollar AS, Pemerintah Siapkan Insentif Untuk Pengusaha yang Gunakan LCS

Destry mengungkapkan, peredaran mata uang dollar AS di Indonesia dalam perdagangan ekspor dan impor sebelum ada program LCS mencapai 80 persen hingga 90 persen.

Angka ini terlampau tinggi karena perdagangan Indonesia dengan Amerika hanya 10 persen untuk ekspor dan impor 5 persen.

Dengan penggunaan LCS, pengusaha tidak perlu bertransaksi menggunakan dollar AS. Tapi bisa dengan Rupiah ataupun mata uang negara tujuan.

Saat ini ada 4 negara tujuan yang bisa menggunakan LCS yakni Malaysia, Thailand, Jepang, dan China. Ke depan akan diperluas lagi.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indoensia (Apindo) Jawa Barat Ning Wahyu Astutik mengaku, hingga kini jumlah pengusaha ekspor impor yang memanfaatkan LCS masih sedikit.

"Jumlah anggota Apindo Jabar 2.500 orang, 80 persen di antaranya pengusaha ekspor impor," tutur dia.

Bila jumlah pengusaha di Jabar yang menggunakan LCS baru 400-an, itu artinya pemanfaatan LCS masih minim.

Hal ini karena dua hal. Pertama, kurangnya sosialisasi. Kedua, negara tujuannya masih terbatas. Untuk itu ia berharap pemerintah memperluas negara tujuan yang bisa memanfaatkan LCS.

"Kami berharap negaranya diperbanyak, seperti Korea dan beberapa negara Asia lainnya, (anggota) kami banyak yang ekspor kesana," pungkasnya.

Baca juga: Hadi Tjahjanto Tancap Gas Bebaskan Lahan IKN

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com