Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Bank Sentral Inggris Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi sejak 2009

Kompas.com - 16/06/2022, 20:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

SETELAH Bank Sentral Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan mengambil langkah agresif dengan langsung menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) pada Rabu (15/6/2022), Bank Sentral Swiss membuat kejutan dengan menaikkan suku bunga acuan untuk kali pertama sejak 2015 pada Kamis (16/6/2022).

Seperti efek berantai, rangkaian kejutan berlanjut ke Inggris. Bank Sentral Inggris (BoE) pada Kamis juga menaikkan lagi suku bunga acuannya untuk kali kelima berturut-turut pada tahun ini, ke level 1,25 persen. Ini adalah level tertinggi suku bunga acuan BoE sejak krisis keuangan global pada 2009. 

Baca juga: The Fed Agresif Naikkan Suku Bunga Acuan, Respons Pasar, dan Dampaknya bagi Indonesia

Langkah pengetatan BoE diambil karena inflasi negara itu diperkirakan bakal menembus level di atas 11 persen pada 2022. Seturut keputusan BoE, nilai tukar poundsterling anjlok 1 persen terhadap dollar AS. 

Risalah pertemuan bulanan BoE pada Kamis sebagaimana dikutip AFP menyebutkan alasan kenaikan terbaru suku bunga acuan ini merupakan respons BoE atas gelagat berlanjutnya tekanan kuat biaya dan harga... dengan risiko itu menjadi lebih persisten. 

Dari risalah yang sama didapati sejumlah kecil pembuat kebijakan di BoE bahkan memberikan usul kenaikan suku bunga acuan hingga ke level 1,5 persen. 

Seperti halnya di Amerika Serikat, keputusan BoE dipicu oleh lonjakan inflasi. Angka inflasi di Amerika pada Mei 2022 menembus level 8,5 persen merupakan level tertinggi selama lebih dari empat dekade, sementara di Inggris angka inflasi di level 9 persen adlah yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Inflasi menyambangi hampir seluruh negara di dunia seturut meredanya pandemi Covid-19 yang diikuti pencabutan aneka pembatasan pergerakan, bersamaan dengan lonjakan harga energi dan pangan tersebab perang Ukraina

Baca juga: Kejutan, Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga Acuan untuk Kali Pertama sejak 2015

BoE dalam pertemuan pada Kamis memperkirakan ekonomi Inggris akan terkontraksi 0,3 persen pada kuartal kedua 2022 yang berakhir pada 30 Juni 2022, setelah sempat mencatatkan pertumbuhan pada kuartal pertama 2022. 

"Inflasi berisiko menjadi racun lambat bagi perekonomian, BoE mencoba menyiapkan penawar dengan menaikkan suku bunga," kata Susannah Streeter, analis investasi dan pasar senior di Hargreaves Lansdown, seperti dikutip AFP. 

Meski demikian, Streeter berpendapat penawar ini hanya dapat digunakan dalam dosis kecil dalam satu waktu. Hal ini karena menurut dia kondisi ekonomi global memang tengah kepayahan. Dia memperkirakan kenaikan suku bunga acuan masih akan berlanjut. 

Data perekonomian Inggris pada pekan ini mengungkapkan kenaikan pertama angka pengangguran di Inggris sejak 2020, sekalipun masih terkelola di level 3,8 persen yang juga adalah terendah dalam 50 tahun terakhir di tengah rekor tertinggi lowongan pekerjaan dalam pencatatan negara itu. Bersamaan, upah rata-rata di Inggris anjlok dengan laju tercepat dalam satu dekade terakhir.

Rentetan berturut-turut kenaikan suku bunga acuan BoE dimulai pada Desember 2021. Kenaikan suku bunga acuan menjadi 0,1 persen itu dipicu kekhawatiran atas inflasi, setelah dua tahun sebelumnya dipangkas hingga ke level nol persen terkait terpaan Covid-19.

Baca juga: Krisis Pangan Global, Ancaman Lebih Besar dari Invasi Rusia ke Ukraina

Sejumlah negara mulai pasang kuda-kuda mengantisipasi pergolakan ekonomi selepas era pandemi Covid-19 di tengah situasi perang di Ukraina yang teramat mempengaruhi peta energi dan bahan pangan global. 

Selain Bank Sentral Amerika Serikat yang sudah mendongkrak suku bunga hingga melonjak ke posisi kisaran 1,5-1,75 persen pada Kamis, Bank Sentral Eropa (ECB) telah pula mengumumkan rencana mereka memulai rentetan pengetatan pada Juli 2022. 

Menyusul, Bank Sentral Swiss pun membuat kejutan di luar perkiraan dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada Kamis, karena inflasi mereka telah melewati batas 2 persen. 

Di Indonesia, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada Desember 2021 menyatakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Rate (BI7DRR) akan dilepas dari level 3,5 persen jika gelagat telah menguat bahwa inflasi akan melejit. BI7DRR dipatok di level 3,5 persen sejak Februari 2021. 

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Drajad H Wibowo mengatakan soal waktu saja bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuannya di tengah dinamika perekonomian global yang memperlihatkan tren kenaikan inflasi ini. 

Baca juga: Paus Fransiskus: Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Jadi karena Provokasi NATO

Dradjad pun menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Perry dan jajaran pengambil kebijakan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu segera menyikapi kenaikan suku bunga acuan di negara-negara perekonomian utama dunia ini. 

Menurut Dradjad, imbas situasi ini bagi Indonesia bisa meluas, dari urusan utang luar negeri yang bisa naik lagi secara kurs, surat utang yang makin mahal, hingga kurs rupiah terhadap mata uang asing, bila pengetatan moneter negara-negara perekonomian utama sampai memicu aliran uang keluar dari Indonesia. 

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com