Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transaksi ATM Mulai Menyusut, Bagaimana Nasib Mesin ATM Bank Mandiri?

Kompas.com - 16/06/2022, 21:01 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

MANGGARAI BARAT, KOMPAS.com - Transaksi nasabah perbankan melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) mulai mengalami penyusutan, seiring dengan terjadinya pergeseran menuju layanan transaksi perbankan berbasis digital.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai salah satu bank dengan pemilik jaringan mesin ATM terbanyak di Tanah Air misalnya, juga mulai mencatatkan adanya penurunan transaksi di mesin ATM.

SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengakui, transaksi perbankan melalui channel mesin ATM mulai menunjukkan adanya tren penurunan.

Baca juga: BCA: Kredit Naik, UMKM Mulai Rebound

Data terakhir bank dengan kode emiten BMRI itu menunjukkan, transaksi perbankan melalui mesin ATM mengalami penurunan sebesar 0,6 persen.

"Beberapa bank turun lebih jauh," kata Thomas dalam Media Gathering Bank Mandiri di Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (16/6/2022).

Lebih lanjut Thomas menjelaskan, penurunan tersebut disebabkan oleh adanya transisi transaksi nasabah dari mesin ATM menuju layanan digital perbankan, Livin'.

Hal itu terefleksikan dari volume dan nilai transaksi Livin' yang telah jauh melampaui transaksi di mesin ATM yang dikelola oleh Bank Mandiri.

Baca juga: Bank Sentral Inggris Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi sejak 2009

Tercatat sejak awal tahun 2022 hingga Mei 2022, Livin' telah melayani hingga 700 juta transaksi dengan nilai mencapai Rp 880 triliun.

Realisasi tersebut sudah jauh lebih tinggi bila dibandingkan transaksi ATM yang membukukan 429 juta transaksi atau senilai Rp 333 triliun pada periode yang sama.

"Bukan berarti transaksi di Mandiri turun, mereka shifting dari yang tadinya cash ambil uang tunai, pindah ke Livin' by Mandiri," ujar Thomas.

Bagaimana nasib mesin ATM?

Merespons tren penurunan tersebut, Thomas menyebutkan, perseroan tidak lagi menambah jumlah mesin ATM yang hanya dapat menarik uang saja, tapi hanya mengeluarkan mesin ATM setor tarik atau cash recycle machine (CRM).

"Kita penambahan terbaru selalu CRM. Yang baru-baru kita enggak ada lagi ATM. Yang lama kita maintain," ujarnya.

Bank Mandiri memilih untuk menggunakan mesin CRM, sebab ke depannya bank berencana untuk tidak lagi memasok uang ke mesin, melainkan mengandalkan perputaran uang dari setoran dan penarikan nasabah.

"Ke depannya mesin itu enggak akan diisi. Ke depannya mereka akan mutar sendiri. CRM yang berhasil itu adalah kalau yang misalnya bisa memutar uang antara yang disetor dan ditarik," ucap Thomas.

Sebagai informasi, sampai dengan Maret 2022 Bank Mandiri memiliki 13.119 unit ATM yang terhubung dalam jaringan ATM Link, ATM Bersama, ATM Prima dan Visa/Plus, Electronic Data Capture (EDC).

Baca juga: Daftar 5 Golongan Pelanggan yang Kena Kenaikan Tarif Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com