Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Membangun Kewirausahaan untuk Para Senior

Kompas.com - 18/06/2022, 13:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat*

BERBAGAI program kewirausahaan hampir bisa dipastikan ditujukan untuk kawula muda. Orang muda yang kreatif dan inovatif menjadi sumber daya kewirausahaan yang luar biasa.

Proses kewirausahaan yang menuntut terobosan dan penawaran sesuatu yang baru, tak ayal lagi membuat dominasi kaum muda dalam penciptaan usaha rintisan (start-up) begitu menggelora.

Di balik semangat orang muda terlibat dalam aktivitas kewirausahaan terpancar inisiatif kaum senior, sebutan bagi mereka yang telah berusia di atas 55 tahun atau lebih yang telah memasuki masa pensiun, bergerak masuk ke dunia kewirausahaan.

Dari segi jumlah penduduk kategori senior, potensi senior entrepreneurship di Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata.

Jumlah warga berusia 60 tahun ke atas sebesar 29 juta warga atau 10,7 persen dari seluruh penduduk.

Seiring dengan makin membaiknya harapan hidup, diperkirakan jumlahnya akan mencapai 19,9 persen jumlah penduduk pada 2045.

Tantangan

Tidak sedikit pihak yang menyangsikan kemampuan para senior terjun berwirausaha, terutama terkait usia dan pendidikan.

Hasil penelitian memang memperlihatkan hubungan yang negatif antara intensi berwirausaha dengan usia (Duhamel dkk, 2016).

Artinya, semakin usia bertambah akan menurunkan niat berwirausaha, demikian pula sebaliknya. Intensi berwirausaha juga lebih baik diprediksi dengan usia psikologis (Kautonen dkk, 2015).

Usia dipandang penghambat karena diyakini bahwa kaum senior seharusnya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi karena fleksibilitas dan komitmen mereka lebih rendah daripada kelompok lain (Kautonen, 2012).

Kesehatan dan energi akan menurun sejalan dengan usia dan akan meningkatkan biaya kesempatan (opportunity cost) dalam kewirausahaan. Artinya ada kemungkinan peluang hilang karena energi yang terbatas.

Kaum senior diarahkan untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk aktivitas bersenang-senang dan mengurangi kemauan untuk terlibat dalam aktivitas yang menuntut periode panjang untuk konsolidasi (Halabisky, 2012).

Namun apalah artinya jika usia sebatas angka dan semangat tinggi para senior tidak cukup memupus niat berwirausaha.

Sementara dari sisi pendidikan, sejumlah penelitian memperlihatkan tingkat pendidikan yang lebih rendah daripada kelompok lain, yang bisa dijelaskan karena telah direkrut oleh perusahaan besar (Parker, 2004).

Oleh karenanya, para senior lebih mengandalkan pengalaman kerja sebelumnya daripada pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari pendidikan formal.

Selain itu, akumulasi sumber daya finansial yang diperoleh dari pekerjaan sebelumnya mendukung kaum senior untuk berwirausaha di samping ketiadaan beban tanggungan ekonomi atas anak-anak, turut meningkatkan kapasitas pengambilan risiko (Singh & DeNoble, 2003 dan Kibler dkk, 2011).

Diyakini pula bahwa kaum senior berkecenderungan menentukan nilai nonmoneter untuk aktivitas kewirausahaan, mencari perbaikan kualitas hidup melalui fleksibilitas yang lebih besar dan berbagi pengetahuan yang lebih luas daripada kaum muda (Matricano, 2018)

Motivasi

Terdapat dua kategori kewirausahaan berbasis motivasi, yaitu “tarik” (pull) dan “dorong” (push).

Faktor “tarik” mempunyai konotasi positif, yaitu sejalan dengan kemunculan peluang. Sementara faktor “dorong” terkait dengan kebutuhan.

Motivasi positif seperti keinginan untuk independen, realisasi diri, tetap aktif, meningkatkan pendapatan, keluwesan kerja, menggapai mimpi dan keterlibatan sosial (Leporati, Marin, Roses, 2021).

Sementara motivasi negatif mencakup kehilangan pekerjaan, ketidakpuasan, ketidakstabilan kerja, dan pengurangan upah (Weller dkk, 2016).

Kewirausahaan dengan faktor “dorong” lebih diwarnai oleh faktor kebutuhan ekonomi. Mereka kekurangan peluang pekerjaan dan membutuhkan sumber pendapatan.

Kewirausahaan dengan faktor “tarik” dipicu oleh motivasi nonekonomi seperti realisasi diri, independen dan pencapaian pribadi.

Mereka mencium adanya peluang bisnis dan mencoba mengakses ceruk pasar baru. Wirausaha dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik untuk identifikasi peluang.

Penelitian terdahulu mengindikasikan para senior berwirausaha lebih digerakkan oleh peluang, bukan kebutuhan dan di sinilah pentingnya pengalaman dan kecakapan untuk menggarap peluang yang hadir.

Dua motivasi kaum senior berwirausaha semestinya tidak merintangi gagasan program kewirausahaan yang sesuai dan terarah untuk mereka, agar lebih dapat memberikan nilai tambah untuk kepentingan yang lebih luas.

Ketika proporsi jumlah penduduk yang berusia di atas 55 tahun terus meningkat sejalan dengan membaiknya harapan hidup dan tingkat kesehatan warga, program kewirausahaan untuk para senior tampaknya tidak terelakkan lagi.

Membangun program berbasis motivasi menjadi awal untuk memulai. Tidak ada kata terlambat bagi para senior untuk berwirausaha. Bagi mereka usia hanya soal angka.

*Dosen Tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com