Mari kita lihat perbandingannya dengan data yang ada. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia ada sebanyak 9,1 juta orang per Agustus 2021.
Jumlah itu turun sekitar 670.000 orang dari posisi per Agustus 2020 yang mencapai 9,77 juta orang.
Jadi setahun setelah program Kartu Prakerja digulirkan, data pengangguran memang menunjukan penurunan, yakni turun 670.000.
Tapi angka tersebut tak berbeda jauh dengan angka penurunan pengangguran natural yang terjadi di tahun-tahun sebelum pandemik.
Kemudian, pada Februari 2022, BPS melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia tercatat sebanyak 8,40 juta orang, alias turun sekitar 350.000 orang dari posisi per Februari 2021 yang mencapai 8,75 juta orang dan 700.000 orang dibanding Agustus tahun 2020.
Menurut BPS ketika itu, penurunan tersebut sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) secara nasional yang turun dari 6,26 persen pada Februari 2021 menjadi sebesar 5,83 persen pada Februari 2022. Atau turun sebesar 0,43 persen dibandingkan dengan Februari 2021.
Dengan kata lain, dari Agustus 2020 ke Februari 2022, pengangguran turun sekitar 1.370.000 orang (saya menganggap BPS sudah menyesuaikannya dengan penambahan angkatan kerja setiap tahun yang rata-rata 3-4 juta).
Sementara Airlangga mengatakan, 30 persen dari pengguna kartu Prakerja yang sebelumnya menganggur kini sudah bekerja atau berwirausaha (alias tidak menganggur lagi).
Angka 30 persen dari total pengguna kartu Prakerja yang 12,8 juta berarti sekitar 4 jutaan. Artinya, ada 4 juta pengguna kartu Prakerja yang sebelumnya menganggur sudah bekerja atau berwirausaha alias tidak lagi mengganggur.
Jika kita berpatokan pada data pengangguran BPS di Agustus 2020 sebesar 9,77 juta orang, maka secara pukul rata akan menjadi 5,7 jutaan pengangguran di Februari 2022.
Mengapa? Karena dikurangi dengan 30 persen perserta kartu Prakerja, sebagaimana diklaim Airlangga (sekitar 4 jutaan, 30 persen dari 12,8 juta).
Tapi ternyata BPS mengumumkan pada Februari 2022 bahwa penggangguran turun menjadi 8,40 juta orang dari 9,77 juta di Agustus 2020. Plus minus hanya turun 1,3 jutaan.
Boleh jadi angkanya tidak persis seperti itu karena di sini saya menggunakan kalkulasi sederhana saja, membandingkan klaim Airlangga yang mengatakan 30 persen peserta kartu Prakerja yang awalnya menganggur sudah kembali bekerja atau berwirausaha alias tidak lagi mengganggur.
Sehingga saya membandingkannya dengan perubahan angka pengangguran dari tahun 2020 sampai 2022.
Ada faktor angkatan kerja baru yang memang perlu dihitung. Meski demikian, di sisi lain ada pula faktor 70 persen peserta kartu Prakerja yang disebutkan Airlangga, sekitar 8 jutaan, sebagiannya belum mendapatkan pekerjaan atau baru sekadar mendapatkan tambahan skill (sertifikat).