Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengupas Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed ke Pasar Modal Indonesia

Kompas.com - 21/06/2022, 06:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Federal Reserve atau The Fed baru saja menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin pekan lalu. Hal ini dinilai berdampak pada kondisi pasar modal di tanah air.

Menurut Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan, kebijakan The Fed ini membuat pasar modal domestik cenderung volatile dalam beberapa waktu terakhir.

“Pelemahan pasar dibayangi oleh komentar dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menekankan komitmennya untuk menanggulangi inflasi dan mempertahankan arah kenaikan suku bunga agresif,” kata Katarina dalam siaran pers, Senin (20/6/2022).

Baca juga: Terimbas Kenaikan Suku Bunga The Fed, Aliran Modal Asing Keluar dari RI Rp 7,34 Triliun Selama Sepekan

Katarina mengatakan, ketidakpastian pasar juga meningkat terhadap outlook pertumbuhan ekonomi AS, karena kenaikan suku bunga yang agresif dikahwatirkan dapat memicu resesi ekonomi. Selain itu pasar juga dibayangi oleh lockdown di China karena meningkatnya kasus Covid-19 dan kebijakan ‘zero Covid’ pemerintah China.

“Kondisi ini meningkatkan kekhwatiran gangguan rantai pasokan dunia, karena peranan penting China dalam produksi global, dan dampaknya terhadap inflasi dunia,” tambahnya.

Menurut Katarina, kenaikan suku bunga The Fed tidak serta merta menjadi alasan terjadinya resesi, karena kondisi global saat ini sangat dinamis dan outlook ekonomi dapat berubah sewaktu-waktu.

“Kami melihat saat ini kondisi ekonomi AS masih kuat, didukung oleh tingkat pengeluaran masyarakat, sektor tenaga kerja dan manufaktur yang solid sehingga dapat bertahan menghadapi kenaikan suku bunga The Fed yang agresif dalam jangka pendek,” jelasnya.

Baca juga: Harga Emas Dunia Naik karena Dollar AS Jatuh Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Namun menurutnya, terdapat tekanan di beberapa bagian ekonomi AS, terlihat dari sentimen bisnis dan konsumen yang melemah, serta tingkat suku bunga kredit properti yang naik ke level tertinggi sejak 2009.

Faktor ini dapat mempengaruhi outlook pertumbuhan ekonomi di AS dan mendorong The Fed untuk menjadi lebih suportif.

“Secara keseluruhan kami melihat ekonomi AS memiliki kemungkinan besar dapat menghindari resesi walau outlook pertumbuhan ekonomi AS melemah,” ujar Katarina.

Baca juga: The Fed Agresif Naikkan Suku Bunga Acuan, Respons Pasar, dan Dampaknya bagi Indonesia

 

Imbas hasil keputusan The Fed dalam jangka pendek

Dalam jangka pendek, The Fed masih diperkirakan bergerak agresif. Saat ini pasar memperhitungkan kenaikan suku bunga 50 bps di bulan Juni dan Juli.

Namun setelah itu, Katarina menilai, keputusan The Fed dapat bergerak lebih fleksibel, lebih data-dependent mencermati perkembangan kondisi ekonomi sebelum memutuskan untuk tetap agresif atau bergerak lebih suportif.

“Dari berbagai komentar ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya, kami melihat The Fed dapat bergerak lebih dovish apabila beberapa kondisi terpenuhi, seperti inflasi melewati puncak atau mulai mendatar, dan ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terjaga. Data inflasi AS terakhir di bulan Apri mulai menunjukkan perbaikan,” tambahnya.

Baca juga: Gubernur BI: Digitalisasi Kunci Masa Depan Ekonomi Indonesia Pascapandemi

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Whats New
Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Whats New
Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com