Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Disentil" Jokowi soal Efisiensi, Pertamina Sebut Sudah Hemat 2,2 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 21/06/2022, 13:33 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung soal subsidi yang diberikan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kepada Pertamina. Menurutnya, Pertamina menjadi salah satu perusahaan pelat merah yang menggunakan subsidi tetapi belum ada upaya untuk melakukan efisiensi.

Terkait efisiensi, PT Pertamina (Persero) menyebut telah melakukan optimalisasi biaya sebesar 2,21 miliar dollar AS sepanjang 2021. Secara rinci diperoleh dari program penghematan biaya (cost saving) sebesar 1,36 miliar dollar AS, penghindaran biaya (cost avoidance) 356 juta dollar AS, serta tambahan pendapatan (revenue drowth) 495 juta dollar AS.

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menjelaskan, di tengah tantangan harga minyak mentah melambung tinggi, perseroan terus memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional. Tujuannya, untuk meningkatkan efisiensi di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding mulai dari hulu, pengolahan, sampai hilir.

"Pertamina mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi bisnis dari sisi keuangan maupun operasional sebagai upaya menghadapi tantangan harga minyak dunia yang melonjak signifikan," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Selasa (21/6/2022).

Baca juga: Ini Pesan Manis Luhut kepada Jokowi yang Berulang Tahun ke-61

Pada sisi finansial, perseroan menerapkan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group yang meliputi penghematan biaya (cost saving), penghindaran biaya (cost avoidance), dan peningkatan pendapatan. Paralel dengan upaya penghematan, Pertamina juga menjalankan program lindung nilai (hegding) untuk manajemen risiko pasar.

Selain itu, perseroan juga melakukan sentralisasi pengadaan, prioritas belanja modal, serta manajemen aset dan liabilitas untuk menurunkan biaya atau beban bunga (cost of fund).

"Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan, agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,” jelas Emma.

Selain memperketat finansial, Pertamina juga menerapkan strategi operasional guna meningkatkan pendapatan yang sebagian besar dijalankan oleh anak usaha yakni 6 subholding.

Baca juga: Kinclong, Laba Bersih Pertamina 2021 Melonjak 95 Persen Jadi Rp 29,3 Triliun

Pada bisnis hulu, perseroan terus meningkatkan produksi dan lifting migas untuk memanfaatkan momentum naiknya harga minyak.

Hasilnya, produksi naik 4 persen dan lifting 3 persen. Ia memaparkan, kinerja positif dari operasional hulu itu, disumbangkan dari Blok Rokan dan aset luar negeri serta upaya konsisten menjaga tingkat produksi melalui pengeboran sumur dan penemuan sumber daya.

Sepanjang 2021, Pertamina telah melakukan pengeboran 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, temuan cadangan (2C) telah mencapai 486,70 MMBOE, dan tambahan cadangan terbukti (P1) mencapai 623,47 MMBOE

Pada lini pengolahan dan petrokimia, lanjut Emma, di 2021 Pertamina menerapkan strategi optimasi crude and product yang telah berkontribusi pada peningkatan yield of value produk sekitar 3 persen.

Strategi ini terkait dengan pemilihan dan substitusi ekonomis minyak mentah, dan memaksimalkan high valuable products dengan high spreads. Di sisi lain, produksi kilang juga meningkat sebagai respons atas permintaan energi yang lebih tinggi akibat pemulihan ekonomi nasional.

Serta di lini transportasi dan logistik, Pertamina mengoptimalkan load factor untuk meraih pendapatan dan efisiensi biaya. Di sisi bisnis gas, Pertamina juga meningkatkan volume perdagangan dan transportasi gas serta volume transportasi minyak.

"Dan setelah legal end state, kami juga mengintensifkan resource sharing, seperti sharing fasilitas dan sharing development agreement, khususnya di upstream subholding,” imbuhnya.

Baca juga: Update Harga BBM di Semua SPBU Pertamina per Juni 2022

Emma menambahkan, kinerja positif di hilir juga didukung oleh pemerintah melalui pengakuan kompensasi selisih HJE JBT Solar dan JBKP Pertalite pada 2021, mencapai sekitar 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 58,6 triliun di luar pajak, serta pembayaran atas kompensasi pada 2018 dan 2019 sebesar 1,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 24,1 triliun di luar pajak.

Sebelumnya, "sentilan" Jokowi terhadap Pertamina disampaikannya saat membuka sidang kabinet terbatas di Kantor Presiden pada Senin (20/6/2022) kemarin. Ia meminta, kementerian, lembaga, serta BUMN melakukan efisiensi belanja sebanyak-banyaknya agar pemerintah memiliki kelonggaran fiskal yang luas.

"Ada subsidi dari Menkeu (Menteri Keuangan) tanpa ada usaha efisiensi di PLN, di Pertamina. Ini yang dilihat kok enak banget," ujar Jokowi.

"Mana yang bisa diefisiensikan, mana yang bisa dihemat, kemudian mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah. Semuanya harus dilakukan di posisi-posisi seperti ini," tegasnya.

Baca juga: Jokowi: 800.000 Dosis Vaksin PMK Ternak Sudah Datang, Segera Gerak Cepat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com