Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Permana
Praktisi Brand

Praktisi Brand, Komunikasi dan Omnichannel

Merek Lokal Berusaha Bertahan di Era Transisi Pandemi Covid-19

Kompas.com - 22/06/2022, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SELAMA 2,5 tahun terakhir, semua merek berjuang dan berusaha untuk terus bertahan di situasi pandemi Covid-19 yang terjadi. Berbagai solusi dicari dan dikembangkan agar bisa bertahan dan maju terus, mulai dari mengaktifkan yang belum pernah dilakukan, mengubah yang lama, bahkan sampai menciptakan yang baru. Itulah semangat merek lokal Indonesia, tidak pernah menyerah dengan situasi, selalu mencari solusi.

Sepak terjang merek lokal Indonesia patut diapresiasi karena kebanyakan bisa melakukan penyesuaian dengan cepat untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi. Sebagai contoh, dalam kategori bisnis makanan ada yang melakukan inovasi dengan memunculkan cloud-kitchen yang memungkinkan pengelolaan dapur secara bersama agar lebih efisien dan memudahkan konsumen memesan makanan melalui aplikasi.

Belum lagi pemanfaatan fitur teknologi pengiriman pesan di telepon genggam untuk membantu pemesanan dan penjualan. Menjual melalui website dan media sosial juga banyak dilakukan, selain menjual lewat aplikasi perdagangan elektronik.

Beradaptasi, berubah, dan bergerak maju

Sejumlah merek lokal ini terus bergerak dan mencari peluang di tengah ketidakpastian. Menariknya, perubahan ini seolah lebih mudah dilakukan oleh merek-merek lokal dalam skala kecil dan menengah. Mungkin karena struktur perusahaan yang lebih ramping sehingga lincah dalam membuat keputusan untuk mencoba dan belajar, memperbaiki dan mencoba kembali.

Adaptasi terhadap situasi, membuat perubahan, dan bergerak maju merupakan tiga hal  kunci yang mendasari transisi merek lokal.

Adaptasi pertama adalah perubahan kebiasaan konsumen Indonesia saat pandemi telah mengubah cara mereka berbelanja. Dari belanja langsung ke toko menjadi belanja lewat daring, dari kebiasaan melihat dan memegang barang secara langsung menjadi percaya terhadap ulasan pembeli lain dan deskripsi dari penjual, dari pembayaran dengan uang fisik menjadi pembayaran cashless, dari tatap muka dengan penjual menjadi informasi berbasis teks lewat telepon pintar, dari yang belum pernah memakai aplikasi sekarang sudah menjadi konsumen yang mempunyai berbagai aplikasi.

Semuanya berubah menjadi lebih digital dan berdasarkan teknologi, yang pasti pandemi mempercepat proses adaptasi itu. Adaptasi yang dilakukan konsumen memerlukan perubahan yang cepat dari para pemilik merek untuk menyesuaikan cara menjual dan layanan yang mereka berikan.

Sebelum pandemi, kegiatan penjualan melalui daring masih belum dilihat secara serius karena hanya memberikan kontribusi kecil terhadap penjualan. Saat pandemi, menjual secara daring adalah salah satu cara untuk bertahan karena kebiasaan konsumen berubah secara drastis.

Semua merek berlomba untuk mempunyai akun toko resmi di platform perdagangan elektronik, menjual tanpa bertemu pembeli secara langsung, memberikan layanan pengantaran dan pengembalian, memperbanyak komunikasi melalui media sosial dan iklan digital, mengubah atau membuat website agar bisa berfungsi sebagai tempat penjualan, membuat program loyalitas konsumen, dan banyak perubahan lainnya yang dilakukan.

IlustrasiTHINKSTOCKS/TUMSASEDGARS Ilustrasi
Pertanyaannya, setelah pandemi berangsur membaik dan memasuki masa transisi, akan dibawa kemana perubahan yang sudah dilakukan ini? Pandemi mengubah kebiasaan individu di mana kita berada di dua sisi, sebagai pembeli dan sekaligus penjual.

Segala perubahan yang terjadi dikarenakan kita secara aktif menjadi aktor dari perubahan ini. Teknologi berperan penting dalam memfasilitasi perubahan, baik kita sebagai individu maupun kita sebagai masyarakat. Kehidupan kita tidak bisa dipisahkan dari adaptasi terhadap teknologi yang terjadi dalam keseharian, di mana teknologi akan terus berinteraksi dengan kehidupan sosial dan membuat perubahan sosial yang nyata.

Simon Lindgren dalam bukunya Digital Media and Society, menyebutkan bahwa industri 4.0 telah memberikan perubahan kepada masyarakat, dari masyarakat berbasis informasi menjadi masyarakat berbasis digital, di mana perubahan ini nyata dan disebabkan oleh pemanfaatan pertukaran informasi melalui internet.

Kebiasaan konsumen berubah

Teknologi telah membuat perubahan, kita sebagai konsumen telah bergerak maju, dan merek lokal telah melakukan perubahan untuk mengikuti pergerakan konsumennya. Di masa transisi pandemi ini, tidak ada kata mundur, bergerak maju menjadi satu-satunya jalan untuk tumbuh.

Hasil riset dari Deloitte, YouGov, E-conomy, dan Accenture terhadap konsumen Indonesia, memberikan gambaran jelas bagaimana konsumen Indonesia akan terus beradaptasi terhadap digital dan tetap akan memanfaatkan layanan digital untuk kenyamanan mereka walaupun pandemi sudah menjadi endemi. Pengalaman berinteraksi secara langsung akan tetap dilakukan dan dikombinasikan dengan kecepatan dan kemudahan bertransaksi secara digital, konsumen semakin pintar dalam memanfaatkan kombinasi terbaik bagi keuntungan mereka.

Jika kebiasaan konsumen telah berubah, merek harus terus bergerak maju dan berani berubah menyesuaikan dengan konsumennya. Saluran untuk berinteraksi menjadi bertambah, belum lagi perkembangan dan pemanfaatan cara belanja baru melalui omnichannel terus berjalan dan banyak merek lokal yang sudah mulai memanfaatkan hal ini, merek yang masih ragu akan tertinggal dan ditinggalkan.

Cara belanja secara daring dan luring sudah menjadi kebiasaan baru konsumen Indonesia dan akan terus terintegrasi melalui omnichannel, di mana konsumen akan berada di tengah dan dikelilingi berbagai kemudahan untuk berbelanja. Mereka bebas memilih bagaimana cara belanja yang mereka sukai, bukan melalui cara yang ditentukan penjual.

Konsumen bisa dengan mudah berpindah ke pesaing yang menawarkan pengalaman belanja yang lebih menyenangkan. Teknologi memudahkan konsumen berselancar mencari penawaran yang lebih baik dan menguntungkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com