Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Negara Dibayang-bayangi Resesi, Bank Mandiri "Pede" Perekonomian RI Positif hingga Akhir Tahun

Kompas.com - 22/06/2022, 20:06 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian banyak negara terancam mengalami resesi, imbas dari berbagai tekanan, mulai dari perang Rusia-Ukraina yang tidak berkesudahan hingga kebijakan normalisasi moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), yang agresif. 

Meskipun demikian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan, kondisi perekonomian Indonesia masih positif hingga akhir kuartal II-2022.

"Perekonomian Indonesia hingga akhir kuartal II ini menunjukkan indikator yang positif meskipun di tengah tekanan eksternal yang semakin besar dari Perang Russia-Ukraina, angka inflasi global yang meningkat dan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang cukup agresif," tutur Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam Media Gathering Kuartal II-2022, Rabu (22/6/2022).

Baca juga: Ekonomi 60 Negara Diprediksi Ambruk, Bagaimana dengan Indonesia?

Bank dengan kode emiten BMRI itu bahkan memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan periode tiga bulan pertama 2022.

"Penghitungan berdasarkan nowcasting kami sementara ini pertumbuhan kuartal II akan berkisar 5,2 persen hingga 5,3 persen," kata Andry.

Proyeksi itu dibuat dengan melihat kondisi perekonomian Indonesia yang masih menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi dengan berbagai faktor.

Baca juga: Menkeu AS: Ekonomi Melambat, tetapi Resesi Bukannya Tak Bisa Dihindari...

Dari sisi konsumsi, belanja masyarakat pada periode tiga bulan kedau tahun ini sudah mencapai level tertinggi sepanjang pandemi Covid-19.

Hal itu ditunjukan oleh Mandiri Spending Index (MSI) di mana indeks frekuensi belanja berada di level 185,5, sementara indeks nilai belanja naik ke level 159,9, indeks tertinggi sepanjang pandemi.

"Hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang signifikan jika dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya, yang berjalan beriringan dengan pelonggaran mobilitas masyarakat," ujar Andry.

Baca juga: Ada Risiko Gagal Bayar Utang, Menkeu AS Sebut AS Bakal Kembali Resesi

Selain itu, tingkat belanja di semua wilayah kembali meningkat sejak awal Maret 2022.

Andry mengungkpakan, perbaikan tingkat belanja tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang terimbas kenaikan harga komoditas, namun juga di wilayah yang mengandalkan pariwisata.

Dari sisi produksi, pemulihan ekonomi sektoral juga menunjukan arah yang semakin solid, ditunjukan semakin banyak sektor dengan level PDB sektoralnya sudah melebihi level sebelum pandemi Covid-19.

"Pertumbuhan ekonomi sektoral pun semakin kuat, impor bahan baku dan barang modal meningkat, mengindikasikan pergerakan ekonomi yang terus membaik," ujar Andry.

Namun demikian, Andry meyebutkan, pemulihan ekonomi ke depan dihadapkan pada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai dan diantisipasi.

Mulai dari kenaikan harga-harga energi, seperti minyak, gas dan batubara, dan juga pangan yang akan meningkatkan biaya produksi dan konsumsi.

Kemudian, produsen akan meningkatkan harga jual di tingkat konsumen (pass-through).

"Resiko rupiah terdepresiasi yang dapat meningkatkan biaya-biaya dari bahan baku impor," ucap Andry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com