Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerome Powell Bertekad Turunkan Inflasi, AS Kemungkinan Alami Resesi

Kompas.com - 23/06/2022, 07:37 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ketua bank sentral AS The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral bertekad menurunkan tingkat inflasi yang mengganas. Dia tak memungkiri, Amerika Serikat (AS) kemungkinan alami resesi.

Jerome Powell menuturkan, melalui kebijakan moneter, bank sentral memiliki kemampuan untuk mewujudkan penurunan tingkat inflasi sesuai kisaran sasaran target The Fed.

Pasalnya, bank sentral memiliki "alat" yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga.

Baca juga: Dibayangi Resesi, Wall Street Ditutup Melemah

“Di The Fed, kami memahami kesulitan yang disebabkan oleh inflasi yang tinggi. Kami sangat berkomitmen untuk menurunkan inflasi, dan kami bergerak cepat untuk melakukannya," kata Powell dikutip dari CNBC, Kamis (23/6/2022).

Menurut Powell, kondisi ekonomi secara umum menguntungkan dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan permintaan yang terus tinggi. Kendati demikian, dia mengakui resesi di AS bisa saja terjadi.

Hal itu diungkapkan Powell pasca senator Elizabeth Warren memperingatkan Powell bahwa kenaikan suku bunga berkelanjutan dapat mengarahkan ekonomi ini ke dalam resesi tanpa menghentikan inflasi.

Oleh karena itu, mencapai pendaratan lunak, ketika kebijakan moneter diperketat tanpa keadaan ekonomi yang parah seperti resesi, akan sulit.

Baca juga: Jeritan Pedagang Daging Sapi: 5 Bulan Jualan Sepi...

"(Resesi) Itu pasti kemungkinan. Ini sama sekali bukan hasil yang kami inginkan, tapi itu pasti kemungkinan. Dan terus terang peristiwa beberapa bulan terakhir di seluruh dunia telah membuat lebih sulit bagi kami untuk mencapai apa yang kami inginkan, yaitu inflasi 2 persen dan pasar tenaga kerja yang kuat," beber Powell.

Kendati begitu, Powell bersikeras bahwa tingkat inflasi berjalan terlalu panas dan perlu diturunkan. Tercatat, inflasi di AS pada bulan Mei tembus 8,6 persen (yoy), menjadi level tertinggi sejak Desember 1981.

Powell melanjutkan, keadaan geopolitik di dunia beberapa bulan terakhir pun membuat langkah The Fed lebih menantang. Namun lewat peningkatan suku bunga, Powell meyakini inflasi akan konsisten bergerak turun ke arah 2 persen sesuai target bank sentral.

"Selama beberapa bulan mendatang, kami akan mencari bukti kuat bahwa inflasi bergerak turun, konsisten dengan inflasi yang kembali ke 2 persen. Kami mengantisipasi kenaikan tarif yang sedang berlangsung akan sesuai, laju perubahan itu akan terus bergantung pada data yang masuk dan prospek ekonomi yang berkembang," jelas dia.

Perang Ukraina Menyulitkan The Fed

Seperti yang telah disampaikan Jerome Powell, perang di Ukraina dan kebijakan nol Covid-19 (zero Covid-19) di China menyulitkan langkah The Fed. Pasalnya, dua masalah itu menambah tekanan inflasi bukan hanya di AS, tapi mempengaruhi ekonomi global.

Fenomena ini, kata Powell adalah momen yang sangat sulit bagi kebijakan Fed. Adapun dalam 3 pertemuan terakhirnya, bank sentral telah menaikkan suku bunga secara kumulatif 150 basis poin (1,5 persen).

Teranyar pada Juni, Powell memutuskan untuk menaikkan lagi 75 bps atau 0,75 persen dalam upaya mengatasi inflasi yang berjalan pada laju tahunan tercepat selama lebih dari 40 tahun.

Kenaikan 75 bps ini menandai kenaikan tunggal terbesar sejak 1994. Powell menyebut, pihaknya melihat suku bunga naik ke tingkat yang cukup ketat.

Sebagai informasi, Produk Domestik Bruto (PDB) AS sudah turun 1,5 persen (yoy) pada kuartal I 2022. Penjualan perumahan jatuh, bahkan ada beberapa tanda bahwa pasar tenaga kerja perlahan melambat.

Baca juga: [POPULER MONEY] Batas Usia Pensiun TNI | Kondisi Ekonomi Indonesia

Bakal Tingkatkan Lagi Suku Bunga

Terlepas dari guncangan ekonomi, Powell dan rekan-rekan pembuat kebijakannya telah mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga akan berlanjut.

Proyeksi yang dirilis pada pertemuan minggu lalu menunjukkan, suku bunga pinjaman jangka pendek The Fed naik menjadi 3,4 persen pada akhir tahun ini, dari kisaran yang ditargetkan sebesar 1,5 persen - 1,75 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com